Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

AS Menuding Alibaba Jual Produk Abal-Abal!

SETELAH otoritas investasi AS menolak memberi izin Alibaba, raksasa e-commerce Tiongkok, mengakuisisi usaha keuangan AS, MoneyGram Internasional Inc, kini otoritas perdagangan negeri Paman Sam menuding Alibaba sebagai market place menjual produk abal-abal dan dimasukkan ke daftar hitam. Langkah itu menyulut ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok.


Kantor Perwakilan Perdagangan AS, dilansir Bloomberg (Minggu, 14/1), memasukkan situs jual beli daring milik Alibaba, Taobao, ke daftar "Pasar Buruk". Taobao dianggap memiliki volume barang palsu dan bajakan yang sangat banyak.


Menanggapi tudingan itu, Presiden Alibaba, Mike Evans, menyatakan keputusan itu sifatnya politis. Tindakan itu merupakan representasi yang tidak akurat terhadap upaya Alibaba melindungi merek. "Kami tidak memiliki pilihan lain selain menyimpulkan bahwa (keputusan) ini sangat bias dan politis," tegas Evans. (Kompas.com, 14/1)


Lembaga AS itu menyatakan Alibaba telah melakukan upaya agar barang abal-abal langsung dihapus dari Taobao. Namun upaya ini dianggap tidak berdampak. "Program penegakan hukum dilaporkan tidak berdampak terhadap penjualan produk palsu pada platform tersebut," kata kantor Perwakilan Perdagangan AS.


Ketegangan hubungan yang diakibatkan upaya pembatasan otoritas AS terhadap kiprah para pengusaha Tiongkok yang giat mengakuisisi berbagai perusahaan AS itu, dilakukan setelah beberapa waktu lalu Alibaba menyuntikkan modal 14 miliar dolar AS ke jaringan supermarket AS, Whole Food Market, yang terkemuka di negeri itu. Kalau tidak dibendung, bukan mustahil badan usaha bisnis yang strategis di negeri itu bisa dikuasai para konglomerat Tiongkok.

Langkah pembatasan bisnis Tiongkok di sektor riil itu sebenarnya kecil sekali, artinya dibanding penguasaan Tiongkok terhadap surat utang negara AS. Kepemilikan Tiongkok terhadap surat utang AS bahkan yang terbesar, yakni mencapai 1,1766 triliun dolar AS pada November 2017.


Posisi kedua kepemilikan surat utang AS ditempati Jepang, yakni sebesar 1,0841 triliun dolar AS pada November 2017. Pada akhir November 2017 itu, kepemilikan asing terhadap surat utang AS sebesar 6,3495 triliun dolar AS. (Antara, 18/1)


 Jadi tampak, seberapa besar sebenarnya penguasaan Tiongkok terhadap ekonomi dan keuangan AS. Dengan demikian tidak meleset jauh apa yang dikemukakan Mike Evans bahwa langkah otoritas AS menghalangi ekspansi bisnis Tiongkok itu sangat bias dan politis. ***

0 komentar: