Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Harga Beras Melonjak, Berdalihlah!

TAHUN Baru harga beras melonjak. Berdasar data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) harga rata-rata beras jenis medium di Jakarta mencapai Rp13.500/kg atau melampaui harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp9.450/kg. (Kompas.com, 3/1/2017)

Lonjakan harga hingga Rp4.050 per kilogram di atas HET itu, yang oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dipastikan akibat paceklik yang berlangsung sejak Desember hingga pasokan beras mengalami penurunan, direspons kalangan terkait dengan unjuk kebolehan berdalih. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumardjo Gatot Irianto mengakui kinerja pertanian subsektor pangan pada akhir 2017 tidak menorehkan kinerja yang memuaskan khususnya komoditas beras.
Dalihnya, luas tanam padi kita tekor. Upaya khusus (upsus) padi periode Oktober-Desember 2017 terdapat penurunan dibanding dengan tahun lalu. Penurunan pada tahun 2017 sebesar 413.727 hektare jika dibanding dengan 2016. Perinciannya, di 2016 seluas 5.241.597 hektare, sedang pada 2017 seluas 4.827.872 hektare.
Lain cerita lagi Badan Urusan Logistik (Bulog) yang fungsinya menjaga kestabilan harga beras. Lonjakan harga yang menurut BPS akibat turunnya pasokan, jelas merupakan akibat minimnya serapan gabah petani oleh Bulog yang hanya mampu menyerap sebanyak 2,1 juta ton atau hanya 58% dari target 2017 sebesar 3,7 juta ton.
Dalih minimnya serapan gabah pada 2017 itu, menurut Direktur Pengadaan Bulog Andrianto Wahyu Adi, karena Bulog hanya menunggu pasokan beras datang. Ke depan pihaknya akan makin mendekatkan diri kepada pasar dalam hal ini petani guna meningkatkan jumlah serapan gabah Bulog. Andrianto optimistis Bulog akan meningkatkan daya serap gabahnya dengan menggunakan skema pengadaan bersifat komersial, tidak lagi memakai kerangka Public Service Obligation (PSO) yang harganya sudah ditentukan pemerintah.
Sangat menarik kalau Bulog meninggalkan patokan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan ikut membeli gabah sesuai harga pasar. Sebab belakangan ini, bukan hanya di Pantura Jawa, di Lampung juga harga gabah kering panen (GKP) petani sudah jauh di atas HPP Rp3.700/kg. Data BPS Lampung Desember 2017, GKP di tingkat petani Rp5.197/kg untuk jenis IR-64, sedang ciherang Rp5.800/kg. Harga pasar di atas HPP ini menguntungkan petani, karena peningkatan nilai tukar produksi bisa mereka nikmati. Lebih baik lagi tentu, jika Bulog menjustifikasi itu dengan membeli dengan harga komersial. ***

0 komentar: