Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

JK, Sekarang Kampanye di Udara!

WAKIL Presiden Jusuf Kalla (JK) menyatakan para pelaku pasar tak perlu cemas ekonomi terganggu di tahun politik 2018, karena instabilitas akibat pemilu itu pikiran masa lalu. Sekarang kampanye dilakukan di udara. Konsentrasi dan senggolan massa kini di dunia maya. Bukan lagi di jalanan.

Belum ada bukti tahun politik menimbulkan kerusuhan yang dapat berdampak pada situasi ekonomi nasional, tegas Jusuf Kalla saat membuka perdagangan bursa saham Indonesia 2018, Selasa pagi. (metrotvnews. Com, 2/1/2018)
Menurut JK, ekonomi Indonesia dalam tataran baik. Inflasi rendah, utang terjaga, politik nasional stabil, dan harga komoditas indikatornya baik. Jadi tidak bisa kita kambing hitamkan lagi harga komoditas seperti di masa lalu, saat harga batubara turun, karet turun, sawit turun. Kondisi ekonomi dan politik selalu berkaitan, saling mempengaruhi.
Kondisi ekonomi yang baik bisa dijadikan jaminan untuk tercapainya kondisi politik yang baik. Begitu sebaliknya.
Itulah yang menjadi dasar pernyataan Jusuf Kalla agar para pengusaha tidak khawatir pada tahun politik 2018. Namun, keyakinan tersebut tentu harus dilengkapi kemampuan pemerintah memelihara tetap kondusifnya ekonomi dan politik secara seksama. Juga tak boleh dilupakan dukungan masyarakat dalam menjaga kondisi ekonomi dan politik selalu kondusif.
Namun, meski di atas kertas segala sesuatu serba beres dan baik, setiap kemungkinan di luar prediksi harus tetap diantisipasi. Terutama terkait ekses kampanye di udara yang masih merupakan hal baru bagi masyarakat kita. Pada pilkada terakhir, kampanye di dunia maya itu justru menyisakan pengalaman negatif, usaha memecah belah yang merusak kerukunan bangsa.
Bahkan dengan kecenderungan melalui usaha negatif itu bisa meraih suara dukungan untuk memenangi pilkada, tak kepalang antisipasi juga harus disiapkan untuk menghadapi hal itu menjadi kemungkinan terburuk. Utamanya ini terkait dengan politik identitas atau populisme yang mengeksploitasi isu SARA.
Lain lagi hal yang bukan datang dari kontestan yang harus menjaga diri dari diskualifikasi. Tapi, dari pihak di luar kontestan yang justru melakukannya akibat gagal menjegal kontestan lewat jalur legal formal.
Serangan lewat dunia maya dari kelompok seperti itu bisa bertubi-tubi, selain fitnah dan hoax atas kandidat, juga menyudutkan sistem yang gagal memenuhi kemauan mereka. Serangan lewat dunia maya dipadukan dengan eskalasi gerakan massa bayaran di jalanan. ***

0 komentar: