Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Warga Lampung Kurang Bahagia!

PEKAN lalu sejumlah WAG mem-posting indeks kebahagiaan penduduk 2017 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) 13 Januari 2018. Dalam indeks itu, dengan skor 69,51 Lampung di peringkat 31 dari 34 provinsi. Posisi Lampung di atas Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, dan Papua. Dalam rilisnya, BPS menjelaskan indeks kebahagiaan merupakan indeks komposit yang dihitung secara tertimbang menggunakan dimensi dan indikator dengan skala 0—100. 

"Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan penduduk yang semakin bahagia. Sebaliknya, semakin rendah nilai indeks, menunjukkan tingkat kehidupan penduduk yang semakin tidak bahagia," jelas BPS. Dalam metode pengukuran, terjadi perubahan antara indeks kebahagiaan 2014 dengan 2017. Tahun 2014 metode pengukuran hanya memakai dimensi kepuasan hidup. 

Pada 2017, dimensi kepuasan hidup dilengkapi lagi dengan dua dimensi baru, yakni dimensi perasaan (affect) dan dimensi makna hidup (eudaimonia). Indeks kebahagiaan 2017 didasarkan pada hasil survei pengukuran tingkat kebahagiaan (SPTK) di 487 kabupaten dan kota 34 provinsi seluruh Indonesia. Sampelnya sebanyak 75 ribu rumah tangga dengan respons 96,42% atau 72.317 rumah tangga. Hasilnya, indeks kebahagiaan Indonesia 2017 pada 70,69. 
Disimak lebih dalam, indeks kebahagiaan penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan 71,64, sedang yang tinggal di perdesaan 69,57. Untuk laki-laki 71,12, sedang perempuan 70,30. Penduduk yang belum menikah tampak lebih bahagia, dengan 71,53. Sayangnya, dibanding dengan segala versi rata-rata nasional itu, tidak satu pun bisa disamai indeks kebahagiaan Lampung yang di posisi 69,51. 

Khusus Lampung, hasil survei dimensi kepuasan hidup tercatat 34,80%, dimensi perasaan 31,18%, dan dimensi makna hidup 34,02%. Hasil survei tersebut dalam (1) indeks dimensi kepuasan hidup menjadi 69,69, (2) indeks dimensi perasaan 67,43, (3) indeks dimensi makna hidup 71,24. Rata-rata menjadi 69,51. 

Warga Lampung tidak perlu berkecil hati dengan posisi underdog pada indeks kebahagiaan penduduk 2017. Masalahnya kebahagiaan itu relatif. Tidur beralas koran, makan sepiring berdua pun, asal kanaah (merasa cukup) berhak mengaku bahagia kepada penyurvei. 

Sebaliknya orang Sumatera Utara dan Lampung, yang terkenal bersifat lebih terbuka, cenderung bicara apa adanya. Kalau perasaan kurang pas dibilangnya kurang pas, tidak suka bermetafora. Itu membuat dimensi perasaan dalam survei amat rendah, 67,43. Tidak pintar sok bahagia. ***

0 komentar: