Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Kontroversi Kecerdasan Buatan!

DUNIA teknologi mutakhir terpicu kontroversi tentang kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) yang bisa mencapai event "singularity" di mana kepintaran komputer akan jauh melewati manusia, memicu perubahan besar-besaran di masyarakat.
Silicon Valley sendiri (pusat pengembangan smartech) terbelah dalam menyikapi AI. Di satu pihak  termasuk Google dan Facebook getol mendorong pengembangan AI yang dipandang bakal menjadi penopang masa depan.
Untuk itu tak kepalang, CEO Google Sundar Pichai di forum World Economic Annual Meeting di Davos, Swiss, pekan lalu, mengatakan AI merupakam teknologi yang sangat penting bagi masa depan kehidupan manusia. Ia bahkan menyebut AI bakal lebih berpengaruh dibanding dengan penemuan api dan listrik. (Kompas Tekno, 29/1/2018)
Di sisi lain, sejumlah tokoh seperti Elon Mask dan Bill Gates justru mewanti-wanti supaya pengembangan AI dilakukan secara hati-hati dan terkontrol supaya tak membahayakan manusia dengan kecerdasan yang terlalu tinggi. Kelompok ini sepaham dengan pencetus teori Big Bang, Stephen Hawking, yang sudah sejak jauh hari menyebut AI berpotensi untuk menghapus eksistensi manusia.
Tokoh teknologi Elon Mask, pendiri Tesla dan SpaceX, menyatakan ancaman Korea Utara meluncurkan peluru kendali ke pangkalan militer AS di Guam yang nyata-nyata berbahaya itu tidak ada apa-apanya dibanding dengan bahaya laten kecerdasan buatan (AI).
"Kalau Anda tak risau soal keamanan AI, seharusnya Anda merasa demikian. (AI) Jauh lebih berisiko dibanding dengan Korea Utara," tukas Elon Musk.
Ia menunjukkan sebuah foto yang caption-nya berbunyi, "Pada akhirnya mesin yang akan menang." Itu seolah mengingatkan pada serial film Terminator di mana robot-robot pembunuh yang dikomandoi AI jahat menguasai dunia. (Kompas Tekno, 14/8/2017)
Elon Musk bukanlah tokoh yang sepenuhnya anti terhadap AI. Dia sendiri mendanai perusahaan startup bernama OpenAI yang bertujuan mendorong pengembangan AI secara bertanggung jawab.
Terkait keamanan AI, Pichai berkata, "Kapan pun kita bicara tentang teknologi, yang harus ditekankan adalah memanfaatkan keuntungan sambil meminimalisasi kerugian."
Walau begitu ia mengakui, pemanfaan AI di segala aspek kehidupan memang berpotensi menimbulkan berbagai risiko. Untuk itu Pichai mengajak semua pihak bekerja sama untuk mengawal pemanfaatan teknologi ini melalui sebuah kesepakatan internasional setara Persetujuan Paris dalam mengawal reduksi emisi karbon dioksida di dunia. ***
http://www.lampost.co/berita-kontroversi-kecerdasan-buatan

0 komentar: