PERTUMBUHAN produk domestik bruto (PDB) Indonesia 2017 tercatat 5,07%, di bawah target yang ditetapkan APBN 5,2%. Meski demikian, angka pertumbuhan itu tertinggi sejak 2014 (5,01%), 2015 (4,88%), dan 2016 (5,03).
"Memang masih di bawah target 5,2%, tapi angka ini cukup bagus. Kita tentunya berharap pada kuartal berikutnya pertumbuhan ekonomi kita makin meningkat, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto. (Kompas.com, 5/2/2018)
Pertumbuhan 2017 relatif tinggi itu tercapai berkat pertumbuhan kuartal IV 2017, 5,19% (yoy). Total PDB 2017 atas dasar harga berlaku mencapai Rp13.588,8 triliun, sehingga PDB per kapita mencapai Rp51,89 juta atau 3.876,8 dolar AS.
Menurut Suhariyanto, sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2017 adalah industri pengolahan, yakni 0,91%. Itu disusul sektor konstruksi 0,67%, perdagangan 0,69%, dan pertanian 0,49%.
"Sumber pertumbuhan tiga tahun terakhir dari industri pengolahan. Kalau bisa meningkatkan pertumbuhan di industri dampaknya bisa besar, karena menyerap banyak tenaga kerja dan kontribusinya besar sekali," jelas Suhariyanto.
Peningkatan industri pengolahan itu harus diprioritaskan di luar Jawa, karena hingga 2017 PDB masih terkonsentrasi di Jawa, yakni 58,49%. Diikuti Sumatera 21,56%, Kalimantan 8,20%, sedang Sulawesi dan Indonesia Timur hanya di bawah 12%.
Prioritas industri pengolahan utamanya manufaktur, yang mengolah dari bahan mentah kekayaan alam setempat hingga menjadi produk industrial yang layak pajang di etalase toko kota besar dunia.
Dengan begitu, selain produksi bahan baku daerah-daerah mendapatkan penanganan proses nilai tambah maksimal, juga tenaga kerja dan masyarakat setempat menikmati kemajuan industrinya. Hal itu mulai dirasakan masyarakat sejak penyiapan infrastruktur dasar bagi industrialisasi suatu wilayah, mulai jalan raya, jembatan, listrik, hingga pelabuhan dan sebagainya. Simak saja dengan jujur, wilayah yang porsi PDB-nya rendah itu, umumnya aneka infrastrukturnya juga relatif minim.
Dengan pemerataan sebaran sumber PDB, berbagai ketimpangan sosial dan ekonomi juga akan bisa dikurangi. Diharapkan, pendapatan per kapita yang sekarang sudah 3.876,8 dolar AS itu tidak hanya terkonsentrasi pada segelintir orang di Ibu Kota dan kota-kota besar, sedang rakyat melarat untuk konsumsi pada garis kemiskinan Rp392.000/bulan/jiwa (di bawah 1 dolar sehari) tak kunjung terjangkau. ***http://www.lampost.co/berita-pertumbuhan-2017-di-bawah-target
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Kamis, 15 Februari 2018
Pertumbuhan 2017 di Bawah Target!
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar