Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Mencuci Otak Wakil Rakyat!

KENAPA otak wakil rakyat terkesan banyak yang kotor? Baru saja KPK operasi tangkap tangan (OTT) di Jambi, sejumlah wakil rakyat digelandang kasus suap untuk pengesahan RAPBD. Itu disusul anggota DPR Fayakhun Andriadi dijadikan KPK tersangka suap proyek Bakamla. Tapi, sejumlah anggota DPRD Lampung Tengah malah kena OTT KPK menerima sekardus uang tukaran Rp100 ribu.
Kalau saja otak wakil rakyat itu jernih, semua kejadian yang menimpa sesama wakil rakyat segera membuatnya eling lan waspodo, mawas diri untuk tidak tertimpa nasib  serupa. Tapi mungkin karena otaknya lagi keruh, judeg, kejadian yang seharusnya membuat dirinya waspada tidak dipedulikannya. Akibatnya, mereka mendapat giliran kena OTT KPK dalam beda waktu yang relatif singkat.
Jernihnya otak cermin bersihnya jiwa. Itu memantulkan moralitas dengan aktualisasi sikap tindak yang bersih. Bersih dalam arti tidak culas, tidak curang, tidak jahat, tidak mau menang sendiri, tidak mau untung sendiri. Ekspresi etisnya, selalu menghargai dan menghormati hak-hak orang lain, tetutama rakyat konstituen yang diwakilinya.
Secara totalitas kejernihan otak itu tecermin dalam karakter amar makruf nahi mungkar, mengintrodusir kebaikan serta melawan dan memerangi kemungkaran, yakni kejahatan dan keburukan. Dan itu dalam sikap dan tindak nyata, bukan cuma dalam ucapan.
Kotornya otak wakil rakyat mengaktualisasikan sebaliknya. Sikap culas, curang, mau menang sendiri, mau untung sendiri, tidak menghargai dan menghormati hak-hak orang lain sekalipun itu konstituen yang diwakilinya.
Aktualisasi dari sikap seperti itu bisa terlihat, ia mau benar sendiri, tak mau dikritik konstituen yang dia wakili di parlemen. Setiap kritik dinilai merendahkan dirinya, lantas diancam dengan pasal pencemaran nama baik anggota legislatif yang terhormat, atau malah pasal Contempt of Parliament. Konstituen atau mitra kerja yang tidak mau hadir diundang rapat dengar pendapat, akan dikirim polisi untuk menangkap dan menghadirkannya, orangnya disandera satu bulan.
Tentu rakyat konstituen sedih, tokoh idola pejuang memperbaiki nasibnya demi meningkatkan harkat dan martabat rakyat yang diwakilinya, justru bersikap-tindak menyakiti hatinya dengan berbagai ancaman hukum.
Rakyat pun berpikir bagaimana bisa mencuci otak wakil rakyat yang mewakili mereka itu. Kemampuan rakyat untuk itu mungkin sebatas titip istigfar. Kalau itu diamalkan, otak wakil rakyat akan jernih dan sadar, kembali ke jalan lurus. ***http://www.lampost.co/berita-mencuci-otak-wakil-rakyat

0 komentar: