Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Bermain Larangan Impor Terbatas!

PRESIDEN Joko Widodo memerintahkan agar menghilangkan larangan impor terbatas bahan baku industri untuk menunjang produksi dalam negeri. "Saya sudah sampaikan ke Menko Perekonomian Pak Darmin Nasution. Saya minta larangan terbatas dihilangkan, dikurangi," tegasnya.
Saat membuka Rapat Kerja Kementerian Perdagangan di Istana, Rabu, Presiden mengatakan larangan impor terbatas itu memang sudah dipangkas dari 5.000 ke 2.000. Namun, ia menilai jumlah tersebut masih terlalu banyak dan bisa menghambat impor bahan baku.
"Itu kebanyakan. Itu apa sih? Dipikir saya tidak tahu itu buat apa? Permainannya apa?" tukas Jokowi. (Kompas.com, 31/1/2018)
Rupanya Presiden sudah tahu kalau ada yang bisa bermain dengan buka-tutup keran larangan impor terbatas bahan baku industri. Karena larangannya terbatas, izin impornya tergantung "penguasa", regulator pemegang buka-tutupnya keran.
Akibatnya, arus impor bahan baku industri tergantung suasana hati sang pemegang keran. Bahan baku industri pun sering tersendat, sehingga laju peningkatan ekspor sektor unggulan, utamanya industri manufaktur, jadi terganggu.
Proses yang menghambat laju peningkatan ekspor itu yang membuat nada suara Presiden Jokowi tinggi ketika menyinggung hal itu. Ia meminta Kementerian Perdagangan mengecek setiap pasokan yang ada di daerah. Dengan itu bisa diketahui wilayah mana yang sedang surplus, dan mana yang sedang kekurangan.
Dengan demikian, Kemendag bisa memiliki data mengenai rantai perdagangan guna menjamin ketersediaan pasokan bagi industri. "Suplai pasar terjaga juga menjamin ketersediaan industri. Jangan buat regulasi yang justru industri teriak karena pasokan terhambat," tegas Presiden.
Terpenting dari perintah Presiden untuk menghilangkan aturan larangan terbatas atas impor bahan baku industri itu adalah dihapus dan ditiadakannya prinsip prohibitionisme dalam regulasinya. Prohibitionisme adalah suatu kegemaran membuat larangan, bahkan asal-asalan, demi tujuan-tujuan terselubung para pembuat aturan yang diselimuti dalih seolah-olah demi kepentingan umum.
Padahal, sebenarnya larangan yang dibuat itu hanya sebagai kendali bagi memuaskan kepentingan terselubung. Ribuan larangan terbatas dibuat, bukan benar-benar untuk melarang masuknya jenis bahan baku tertentu itu, melainkan sekadar untuk permainan yang triknya telah diketahui Presiden, seperti ia tegaskan.
Prohibitionisme, itulah penyakit birokrasi yang harus dihilangkan dari jajaran pemerintahan. ***http://www.lampost.co/berita-bermain-larangan-impor-terbatas

0 komentar: