MESKIPUN dihambat berbagai proteksionisme oleh negara-negara maju, ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia 2017 mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah. Total ekspor tercatat 31,05 juta ton, naik 23% dari 2016 sebesar 25,11 juta ton. Nilai ekspor 2017 sebesar 22,97 miliar dolar AS, naik 26% dari 2016 sebesar 18,22 miliar dolar AS.
Ekspor tersebut terdiri dari minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya, tidak termasuk biodiesel dan oleochemical.
Tembok proteksionisme yang dilewati loncatan ekspor sawit tersebut, yakni Resolusi Parlemen Uni Eropa yang melarang negara anggotanya mengimpor biodiesel berbasis sawit. Dalih larangan, produk ini dinilai masih menimbulkan berbagai masalah seperti deforestasi, korupsi, eksploitasi pekerja anak, hingga pelanggaran HAM dan tudingan penghilangan hak masyarakat adat.
AS memberlakukan kebijakan antidumping atas produk biodiesel Indonesia. Australia, Senat kembali mengajukan RUU Competition and Consumer Amendement (Truth in Labeling Palm Oil). Bahkan India ikut-ikutan, menaikkan pajak impor minyak sawit dua kali lipat.
Ironisnya, meskipun dikepung berbagai hambatan perdagangan, kinerja ekspor produk sawit justru meningkat signifikan. Menurut Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Togar Sitanggang, hal ini menunjukkan minyak sawit masih merupakan minyak nabati yang sangat vital bagi dunia dan akan terus dibutuhkan sejalan pertumbuhan penduduk yang juga membutuhkan peningkatan pasokan beraneka bahan pangan. (Kompas.com, 30/1/2018)
Peningkatan ekspor minyak sawit Indonesia itu terutama ke negara-negara pemasang tembok proteksionisme, seperti ke Uni Eropa naik 15%, AS naik 9%, bahkan India naik 32%. Selain itu, ke Tiongkok naik 16%, Afrika naik 50%, Bangladesh 36%, Pakistan dan negara-negara Timur Tengah naik 7%.
Menghadapi proteksionisme terhadap produk sawit di antaranya dengan dalih yang dinilai menghina bangsa Indonesia itu, Presiden Jokowi dalam kunjungan ke Kuching November 2017 mengajak PM Malaysia Najib Tun Razak untuk bersatu melawannya.
Indonesia dan Malaysia pemain utama industri sawit dunia. Kedua negara memproduksi 85% dari total CPO dan mengisi 91,2% pasar ekspor dunia. Kedua negara sepakat membentuk Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) untuk melawan kampanye negatif penggunaan minyak sawit.
Bagi Indonesia, sawit menyangkut hajat hidup 16 juta rumah tangga tani yang menguasai 41% dari 11 juta hektare tanaman sawit nasional. ***
0 komentar:
Posting Komentar