PEKAN ini, 8—14 Oktober 2018, pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia berlangsung di Bali. Peserta semula diperkirakan 19.000 orang, akhirnya membengkak lebih 32.000 orang dari seluruh dunia. Mereka, kepala negara, gubernur bank sentral, menteri keuangan dan perekonomian, ahli ekonomi, dan pengusaha. Sebagai tuan rumah pertemuan para penentu perekonomian dan moneter serta para investor dunia, Indonesia bisa menarik arti penting dari penyelenggaraannya. Kalau selama ini semua lembaga pemeringkat utang dunia melabeli Indonesia Layak Investasi, pertemuan IMF-Bank Dunia menjadi ajang pembuktian kepada dunia bahwa Pemerintah Indonesia mampu mengelola negara dengan baik di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu sekalipun. Selain arti yang prinsip tersebut, dengan sebagian besar tamu di luar undangan resmi membayar sendiri akomodasinya di Bali, hasil studi Bappenas dengan jumlah tamu 19.000 menciptakan lapangan kerja 32.700 dan menghasilkan devisa setara Rp1,5 triliun, mendorong pertumbuhan ekonomi Bali 6,54%. Dengan jumlah tamu yang lebih besar, jelas arti ekonominya juga akan lebih besar. Lebih dari itu, Chatib Basri, mantan Menkeu era SBY, menyebut manfaat ideal pertemuan IMF-Bank Dunia bagi Indonesia. "...Kita bisa memperjuangkan ide kita di forum-forum itu," tegasnya. Menurut Chatib, IMF mendukung Indonesia dalam memperhatikan kondisi perekonomian. (detik-finance, 7/10/2018). Pentingnya arti pertemuan IMF-Bank Dunia itu tampak dari anggarannya yang sudah disahkan DPR sejak awal 2017 sebesar Rp855,5 miliar. Menurut staf khusus presiden Adita Irawati, sejak persiapan telah dilakukan penghematan biaya acara itu hingga 40%. Adita menambahkan pada dasarnya sebagian besar anggaran penyelenggaraan pertemuan IMF-Bank Dunia untuk pembenahan bandar udara di Bali, bukan semata untuk acara itu. "...Artinya itu juga bermanfaat untuk jangka panjang, tidak hanya saat acara," tambahnya. (Kompas.com, 6/10/2018) Sukses sebagai penyelenggara pertemuan IMF-Bank Dunia yang dihadiri para penentu kebijakan ekonomi dan investor menjadi peluang penting. Khususnya untuk memberi kesan istimewa pada peserta yang selama ini menggeneralisasi Indonesia dalam jajaran emerging market. Dengan kesan istimewa itu, Indonesia mereka istimewakan sebagai tujuan investasi, tidak lagi disamakan dengan emerging market lainnya. Kesan istimewa itu tak boleh dirusak oleh siapa pun dengan cara apa pun.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar