KAMIS (27/9), jadi hari bersejarah kembalinya pertambangan emas Freeport ke pangkuan Ibu Pertiwi. Jual beli saham PT Freeport Indonesia (PTFI) ditantandatangani hari itu di Jakarta antara PT Inalum (holding BUMN Pertambangan) dan Freeport McMoran selaku induk PTFI. Indonesia resmi memiliki 51% saham PTFI dan menjadi pemegang saham mayoritas. Kesepakatan ditandatangani Dirut Inalum, Budi Gunadi Sadikin, atas nama pemerintah dengan Direktur McMoran, Richard Adkerson, disaksikan Menteri ESDM Ignatius Jonan, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Kesepakatan tersebut turunan dari kesepakatan pokok divestasi PTFI yang mencakup empat poin. Pertama, mengubah izin PTFI dari kontrak karya (KK) menjadi izin usaha pertambangan khusus (IUPK) dan sekaligus memberi hak operasi hingga 2041. Kedua, pemerintah menjamin kepastian fiskal dan hukum selama jangka waktu IUPK berlaku. Ketiga, PTFI berkomitmen membangun smelter baru di Indonesia dalam jangka waktu lima tahun. Keempat, Freeport McMoran setuju divestasi kepemilikan saham PTFI 51% berdasarkan harga pasar yang wajar atau senilai 3,85 miliar dolar AS. Ini telah dilunasi PT Inalum sehingga sah 51% saham PTFI menjadi milik Pemerintah Indonesia. (Kompas.com, 27/9/2018) PTFI mengeksplorasi, menambang, dan memproses bijih yang mengandung tembaga, emas, juga perak di Tembagapura, Mimika, Papua. Kontrak karya pertama (KK-I) Freeport dikeluarkan pemerintah pada 1967, meneruskan proyek Ertsberg, eksplorasi di zaman Belanda. Sejarah gunung emas Papua dimulai dari catatan ekspedisi Kapten Johan Carstensz dengan dua kapalnya, Aemem dan Pera, ke selatan daratan Papua. Catatan bertanggal 16 Februari 1623 itu menyebut gunung yang amat tinggi diliputi salju. Pada 1904—1905, Lembaga Geografi Kerajaan Belanda melakukan ekspedisi mencari gunung salju di catatan Carstensz. Namun, ekspedisi itu gagal menemukan gunung salju. Barulah setelah ekspedisi militer 1907—1915 Belanda menemukan salju di pulau garis khatulistiwa. Selanjutnya, disusul ekspedisi dipimpin HA Lorentz yang mamanya diabadikan untuk Taman Nasional Lorentz di wilayah Suku Asmat, pantai selatan. Tujuannya mencapai Puncak Wilhelmina (kini Puncak Sudirman) pada ketinggian 4.750 meter. Jean Jaques Dozy pada 1936 menemukan cadangan Ertsberg atau disebut gunung bijih. Penemuan itu menjadi awal usaha Belanda mengeksplorasi tambang emas Papua. Ini yang kemudian dilanjutkan Freeport. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar