Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

PPIM, Opini Intoleran Guru Tinggi!

PUSAT Penelitian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri (PPIM-UIN) Jakarta merilis hasil surveinya terhadap 2.237 guru dan kepala sekolah (muslim) di 34 provinsi, menemukan opini intoleran para guru melalui uji IAT mencapai 56,90%, dan melalui kuesioner sebesar 63,07%. Direktur PPIM, Saiful Umam, saat merilis itu di Jakarta, Selasa (16/10/2018), menjelaskan survei 2018 ini merupakan lanjutan dari survei tahun 2017 terhadap para siswa, mahasiswa, guru dan dosen (muslim) di seluruh Indonesia yang hasilnya menemukan opini intoleran dan radikalis responden sangat tinggi. Karena itu, penelitian 2017 itu disimpul dalam judul Api dalam Sekam. Survei 2018 ini khusus terhadap guru TK/SD, SMP, SMA/MA, ternyata opini intoleran mereka tetap tinggi, disimpul dalam judul Pelita yang Meredup. Hasil lain survei kali ini: Bila ada kesempatan, aksi intoleran 29% guru berkeinginan untuk menandatangani petisi menolak kepala dinas pendidikan yang berbeda agama. Lalu, 34% guru berkeinginan menandatangani petisi menolak pendidikan sekolah berbasis agama non-Islam di sekitar tempat tinggalnya. Sebanyak 29% guru setuju untuk ikut berjihad di Filipina Selatan, Suriah, dan Irak dalam memperjuangkan berdirinya agama Islam. Lalu, 33% guru setuju untuk menganjurkan orang lain agar ikut berperang mewujudkan negara Islam. Sedang 27,59% guru berkeinginan untuk menganjurkan orang lain agar ikut berperang dalam mewujudkan negara Islam. Bahkan, 13,30% guru berkeinginan untuk menyerang polisi yang menangkap orang-orang yang sedang berjuang mendirikan agama Islam. Bila dilihat dari sisi gender, guru wanita ternyata memiliki sifat intoleran yang lebih tinggi dibanding dengan guru pria. Bila dilihat dari jenis sekolah, guru sekolah swasta dan madrasah memiliki sikap intoleran yang lebih tinggi dibanding dengan sekolah negeri. Atas temuan itu, PPIM merekomendasikan tiga hal: Pertama, perlu berbagai program yang memberi kesempatan pada guru madrasah untuk mendapat pengalaman dalam lingkungan majemuk dan beragam, meningkatkan religius literasi agar mengenal agama dan kelompok yang berbeda. Kedua, salah satu cara efektif memperkuat wawasan kebangsaan dan kemajemukan para guru yang mengabdi di madrasah dan swasta adalah pemberdayaan lembaga-lembaga yang memproduksi guru seperti LPTK, Pendidikan Profesi Guru (PPG), dan PPKB. Ketiga, peranan ormas seperti NU dan Muhammadiyah yang selama ini dikenal mendakwahkan Islam moderat harus lebih membumi.

0 komentar: