LANGKAH awal mengurangi defisit dengan menekan impor, tampak mulai berhasil. Neraca perdagangan September 2018 surplus 230 juta dolar AS, dibanding Agustus defisit 1,02 miliar dolar AS. Impor ditekan dengan mengurangi pemakaian solar impor dan diganti dengan biodiesel B20 di SPBU sejak 1 September. Itu menurunkan impor migas 25,2% dari 3,05 miliar dolar AS pada Agustus, September menjadi 2,28 miliar dolar AS. Perinciannya, nilai impor minyak mentah turun 31,9% diikuti penurunan volumenya 30,01%. Lalu nilai hasil minyak juga turun 23,06% diikuti penurunan volume 20,6%. Demikian Deputi Statistik Distribusi dam Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat, Yunita Rusanti, Senin. (detik-finance, 15/10/2018) Sedangkan untuk impor nonmigas yang ditekan dengan pemberlakuan tarif baru PPh 22 bagi 1.147 jenis barang impor, turun 10,52%, dari 13,77 miliar dolar AS pada Agustus menjadi 12,30 miliar dolar AS pada September. Dengan itu nilai impor keseluruhan September 2018 sebesar 14,60 miliar dolar AS atau turun 13,18% dibanding dengan Agustus 2018. Sedangkan ekspor pada September 2018 mencapai 14,83 miliar dolar AS, atau tumbuh 1,7% (yoy). Neraca perdagangan RI pun pada September 2018 surplus 230 juta dolar AS. Dengan mulai teratasinya defisit neraca perdagangan, pada gilirannya akan membantu menurunkan defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD), salah satu faktor yang memperlemah rupiah terhadap dolar AS. Diharapkan, langkah-langkah selanjutnya bisa lebih mantap lagi, sehingga akhir tahun CAD sudah pada level toleransi dan awal tahun 2019 rupiah kembali menguat signifikan. Untuk mencapai kondisi perekonomian nasional yang lebih ideal lagi, pembenahan sungguh-sungguh dan efektif pada akhir 2018 ini harus dilakukan di sektor ekspor. Pada September 2018, meski ekspor naik 1,7% (yoy), dibanding dengan Agustus 2018 sebenarnya ekspor turun 6,58%. Kalaupun neraca perdagangan September 2018 surplus, itu terjadi karena penekanan terhadap impor efektif. Menurut Yunita, penurunan ekspor yang cukup besar secara bulanan (month to month/mtm) pada September 2018 dari Agustus, adalah ekspor komoditas migas, yakni turun sebesar 15,81%. Jelas perlu upaya prioritas untuk mengatasi penurunan ini karena menggarap komoditas baru dengan tujuan baru lagi perlu waktu dan biaya promosi. Artinya, perlu mengatasi penurunan ekspor setiap komoditas dengan tujuan yang telah ada, sembari mempromosikan komoditas baru ke tujuan ekspor yang baru.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar