Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Game of Thrones versi Jokowi!

DALAM opening plenary pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Bali Jumat (12/10), Presiden Jokowi mengelaborasi serial televisi Game of Thrones sebagai gambaran kondisi perekonomian global saat ini. Kondisi pertarungan saling mematikan negara-negara besar (great house) untuk berebut kendali. Game of Thrones itu serial televisi drama yang dibuat untuk HBO oleh David Benioff dan DB Weiss, tayang perdana 17 April 2011 dan musim ke tujuh berakhir 27 Agustus 2017. Kini sedang diputar musim ke delapan, berakhir tahun depan. Kondisi global dewasa ini Jokowi kutip dari Direktur IMF Lagarde, terdapat banyak masalah membayangi perekonomian dunia. AS menikmati pertumbuhan pesat, tapi banyak negara pertumbuhan lemah atau tidak stabil. Perang dagang semakin marak, inovasi teknologi mengakibatkan banyak industri terguncang. Negara-negara yang tengah tumbuh mengalami tekanan pasar yang besar. Dengan banyaknya masalah perekonomian dunia, sudah cukup bagi kita untuk mengatakan bahwa winter is coming. Dalam Game of Thrones, perebutan kekuasaan antar-great houses bagaikan sebuah roda besar yang berputar. Saat satu house berjaya, house lain menghadapi kesulitan. Dan setelahnya, house lain berjaya dengan menjatuhkan house yang lain. Namun mereka lupa, tatkala para grest houses sibuk bertarung satu sama lain, mereka tidak sadar adanya ancaman besar dari Utara. Seorang evil winter, yang ingin merusak dan menyelimuti seluruh dunia dengan es dan kehancuran. Dengan kekhawatiran pada ancaman evil winter, akhirnya mereka sadar, tidak penting siapa yang duduk di “iron thrones”, yang penting kekuatan bersama untuk mengalahkan evil winter agar bencana global tidak terjadi. Agar dunia tidak menjadi tanah tandus yang porak poranda, menyengsarakan semua orang. Jokowi juga mengungkap ancaman global perubahan iklim yang meningkatkan intensitas badai dan topan di AS hingga Filipina. Sampah plastik di laut seluruh penjuru dunia, mencemari pasokan makanan. PBB mengingatkan waktunya sudah sangat mendesak untuk bertindak dalam skala besar-besaran guna mencegah kehancuran dunia akibat perubahan iklim global yang tidak terkendali. Untuk itu, apakah kita terlalu sibuk untuk bersaing dan menyerang satu sama lain, sehingga gagal menyadari adanya ancaman besar yang membayangi kita semua? Tidak ada artinya kemenangan yang dirayakan di tengah kehancuran. Tidak ada artinya jadi kekuatan ekonomi yang terbesar di tengah dunia yang tenggelam.

0 komentar: