UNTUK mengejar ketertinggalan di bidang antariksa, Tiongkok sedang membuat bulan yang akan mengorbit di angkasa pada 2022. Bulan buatan merupakan satelit dengan cermin luar angkasa berukuran raksasa yang memantulkan sinar matahari ke bumi. Dengan itu diharapkan Tiongkok tidak terlalu jauh lagi tertinggal dari Amerika Serikat yang dengan Apollo 11 pada 20 Juli 1969 telah mendaratkan astronaut di bulan. Lalu, Uni Sovyet dengan Soyuz 11 pada Juni 1971 yang tiga astronautnya mencapai stasiun luar angkasa dan mengorbit di Soyuz 1 hingga 30 Juni. Kini, mengirim astronaut mengorbit di stasiun luar angkasa sudah menjadi hal biasa. Proyek ambisius Tiongkok itu diinisiasi Institut Chengdu, Provinsi Sichuan, Tiongkok Barat Daya, akan membuat tiga buah bulan. Wu Chenfung, kepala Lembaga Penelitian Sains institut tersebut, mengatakan berdasarkan rencana penelitian yang meliputi verifikasi peluncuran, injeksi robot, pembongkaran, pencahayaan, penyesuaian, dan pengendalian, bulan buatan manusia itu ditargetkan selesai pada 2020 dan siap mengorbit 2022. "Pada saat itu, tiga bulan dengan cermin besar akan membagi bidang orbit 360 derajat dan menerangi suatu daerah selama 24 jam terus-menerus," ujar Wu, dilansir People's Daily, dikutip Kompas.com (19/10/2018). Sinar matahari yang dipantulkan bisa menerangi area seluas 3.600 sampai 6.400 kilometer persegi, dengan intensitas cahaya delapan kali lebih terang dari cahaya bulan. Diinformasikan, bulan mengorbit bumi sekitar 380 ribu kilometer dari bumi. Sementara bulan buatan akan ditempatkan pada orbit dalam jarak sekitar 500 kilometer dari bumi. Menanggapi kekhawatiran cahaya bulan buatan manusia akan mengganggu siklus siang-malam normal hewan dan tumbuhan, Wu mengatakan intensitas cahaya dan waktu iluminasi bisa disesuaikan dan akurasi iluminasi bisa dikontrol. Saat bulan buatan mengorbit, orang hanya bisa melihat bintang terang di langit yang menyinari jalanan suatu daerah. Proyek ini memang bertujuan penerangan jalan dan penghematan listrik. Jika di malam hari mendadak mati listrik, tidak ada masalah karena orang tetap bisa beraktivitas. "Bulan buatan juga dapat menerangi suatu kawasan gelap, misalnya saat terjadi bencana gempa bumi yang membuat aliran listrik terputus," jelas Wu. Ide bulan buatan dengan cermin memantulkan sinar matahari, pernah diuji coba Rusia 1990-an lewat proyek Banner. Ternyata cerminnya tidak berfungsi di angkasa, proyek dihentikan. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar