AGUSTUS 2018 Presiden AS Donald Trump melakukan tekanan ekonomi ke Turki hingga mata uang lira kehilangan sepertiga nilainya. Lalu, mulai 4 November 2018, Trump memblokade ekspor migas Iran. Ini membuat harga minyak dunia naik mencapai 84 dolar AS per barel, diperkirakan nantinya bisa kembali tembus 100 dolar. Harga minyak acuan Brent untuk perdagangan berjangka Senin (1/10) meningkat 1,57 dolar AS atau 1,9% menjadi 84,36 dolar AS per barel pada pukul 13.21 waktu AS. Brent sempat menyentuh level tertinggi selama empat tahun pada 84,73 dolar AS per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka untuk West Texas Intermediate (WTI) naik 1,66 dolar AS per barel atau 2,3% menjadi 74,91 dolar AS per barel. Angka ini tertinggi sejak perdagangan Juli lalu. Dikutip dari CNBC, para investor telah melihat adanya kemungkinan harga minyak mentah akan meningkat, bahkan akan menyentuh 90 dolar AS per barel pada Oktober ini. Faktor pendorong meningkatnya harga minyak dunia adalah blokade AS terhadap ekspor migas Iran mulai 4 November 2018. Tekanan AS ini dirancang untuk memangkas ekspor minyak mentah dari negara produsen minyak terbesar kedua di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) ini. Trump tampak mengacak-acak ekonomi dua negara Islam yang kuat. Turki, yang mengordinasi dunia Islam/OKI menekan Israel saat memindah ibu kota ke Jerusalem. Sedang Iran paling dicemaskan mampu dan berani menyerang Israel. Selain itu, Trump memecah belah antarnegara Islam. Untuk blokadenya terhadap ekspor migas Iran, Trump menyempatkan hari Sabtu (29/9/2018) untuk mengatakan kepada Raja Arab Saudi mengenai cara menjaga kecukupan pasokan minyak mentah di pasar dengan benefit buat Saudi mengisi kekosongan pasar. Diperkirakan sekitar 1,5 juta barel per hari dari pemangkasan produksi Iran mulai 4 November, harga minyak akan meroket dengan harga 100 dolar AS per barel. Hal ini mungkin sekali terjadi jika investor meragukan kemampuan Arab Saudi menutupi kekurangan dari pemangkasan produksi Iran. (Kompas.com, 2/10/2018) Meroketnya kembali harga minyak dunia keuntungan besar bagi Arab Saudi, yang keuangan negaranya sempat repot ketika harga minyak anjlok ke bawah 40 dolar AS per barel. Juga AS, yang dengan minyak serpihnya kini memproduksi minyak lebih 10 juta barel per hari, dan mengekspor sebagiannya. Sedang rakyat negara-negara miskin yang tak punya minyak, tambah sengsara karena pendapatan nasionalnya terkuras untuk impor minyak.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar