PRESIDEN Direktur Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja buka suara setelah nilai tukar rupiah menguat hingga Rp14.700/dolar AS, Rabu (7/11). Level optimistis posisi rupiah, menurut Jahja, terkuat bisa di Rp13.500/dolar AS. Namun, posisi terlemah di Rp15.500/dolar AS. "Kalau defisit perdagangan bisa teratasi, akan stabil di Rp13.500—Rp15.500/dolar AS," kata Jahja. "Tergantung apakah saat investasi di equity dan bond market dari foreign mulai masuk atau tidak. Saat equity masuk, rupiah bisa menguat. Paling kuat ke Rp13.500/dolar AS," jelasnya. (CNBC-Indonesia, 7/11) Menurut catatan tim riset CNBC Indonesia sehari sebelumnya (Selasa), investor asing membukukan pembelian bersih Rp1,06 triliun di Bursa Efek Indonesia (BEI) menghijaukan IHSG setelah seharian terjebak di zona merah. Sedangkan untuk bond, lelang di pasar obligasi Selasa itu berlangsung semarak. Penawaran yang masuk mencapai Rp59,48 triliun, tertinggi sejak Januari 2018. Gambaran situasi pasar itu menjadi pendorong penguatan rupiah yang relatif pesat pada Rabu (7/11). Hal itu sekaligus memenuhi proyeksi Jahja jika investasi di equity dan bond market dari foreign mulai masuk. Menurut Jahja, pergerakan nilai tukar masih akan dinamis, mengikuti perkembangan ekonomi. "Jadi, stabil antara Rp14.500/dolar AS—Rp15.200/dolar AS. Ini hanya perkiraan. bisa berubah kalau ada surprise," ujarnya. Dari proyeksi Jahja itu, selain prasyarat masuknya modal asing di equity dan bond, prasyarat pencapaian level optimistis itu adalah bisa teratasinya defisit perdagangan. Untuk itu, neraca perdagangan September 2018 telah surplus 230 juta dolar AS. Surplus perdagangan itu merupakan hasil dari upaya mengurangi nilai impor di sektor migas dengan memberlakukan penggunaan biodiesel (B20) di SPBU mulai 1 September. Juga dengan menaikkan pajak impor (PPh No 22) atas 1.147 barang. Selain lanjutan kebijakan tersebut juga impor mesin-mesin besar barang modal untuk investasi di infrastruktur ditunda, diharapkan defisit neraca perdagangan bisa dihindari hingga akhir tahun. Ada beberapa faktor eksternal lagi yang mendukung penguatan rupiah pekan lalu. Pertama, harga minyak dunia, brent turun 0,38% dan light sweet turun 0,29%. Ini mengurangi tekanan defisit perdagangan. Kedua pemilu sela AS Selasa, berbagai survei mengunggulkan Partai Demokrat. Jika hasil pemilu ini sedemikian, langkah Trump terkoreksi di Kongres sehingga tak bisa seenaknya sendiri lagi.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar