Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Ironi Harga CPO Terendah 3 Tahun!

HARGA crude palm oil (CPO) anjlok ke posisi terendah tiga tahun, untuk kontrak Januari 2019 MYR2.116/ton pada Jumat (2/11/2018), dengan kurs hari itu Rp3.592,31/MYR, setara Rp7.601.327,96/ton. Di awal tahun (2/1/2018) harga CPO mencapai di atas MYR2.500/ton (berdasar grafik CNBC-Indonesia, 6/9/2018). Jatuhnya harga ke level terendah itu ironis karena terjadi pada hari 14th Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) di Bali. Juga saat program biodiesel (B20) berjalan lancar, seharusnya mendukung peningkatan harga dengan meningkatnya konsumsi. Selain itu, tidak bisa menuding kampanye negatif sawit oleh Uni Eropa sebagai penyebab jatuhnya harga. Soalnya, menurut Wakil Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Togar Sitanggang pada sesi IPOC di Bali, hari Jumat (2/11/2018), faktanya di balik kampanye negatif tersebut jumlah impor minyak sawit kawasan itu sejak 2015 terus meningkat. Bahkan sebagai pengimpor minyak sawit Indonesia, Uni Eropa di posisi kedua setelah India yang pada 2017 mencapai 7,9 juta ton. (BeritaSatu, 3/11/2018). Juga tak bisa dilemparkan ke perang dagang AS-Tiongkok sebagai penyebabnya. Betapa, ekspor minyak sawit Indonesia ke AS justru cenderung naik. Sejak awal 2018 permintaan AS atas minyak sawit Indonesia naik sebesar 68%, atau dari 115,29 ribu ton pada Desember 2017 menjadi 193,47 ribu ton pada Januari 2018. Malah permintaan Bangladesh tahun ini naik 244%, sedang Pakistan naik 3%. Ini data Gapki yang dipetik BeritaSatu (4/11/2018). Artinya, dari semua data yang diangkat itu menunjukkan tidak pada tempatnya lagi kita selalu menyalahkan faktor eksternal sebagai penyebab jatuhnya harga sawit. Sebaliknya, kita harus berjiwa besar untuk berani mencari anomali pada faktor internal, kekurangan atau kesalahan kita sendiri sebagai penyebabnya. Pertama, cek suplainya. Semua pengusaha sawit harus transparan jumlah produksinya. Ada kecenderungan, pengusaha diam-diam melakukan ekstensifikasi lahan produksinya. Kalau sampai pada suatu titik suplai telah jauh lebih besar dari permintaan, tidak ada hujan angin pun harganya akan anjlok sendiri. Kini, ketika harga saham semua perusahaan sawit terpangkas tajam di bursa efek akibat anjloknya harga CPO, kalangan pengusaha layak buka-bukaan bersama, introspeksi. Selain faktor suplai, periksa diri apakah semua hal sesuai ketentuan Indonesia Sustainability Palm Oil (ISPO) telah dipenuhi? Bisa jadi, anomali ada di situ, bukan di luar negeri.

0 komentar: