PADA acara puncak Hari Santri di Bandung, Presiden Joko Widodo menyatakan akan membangun 1.000 balai latihan kerja (BLK) untuk pesantren mulai tahun depan. Di Indonesia terdapat sekitar 28 ribu pesantren, berarti selesai program itu kelak setiap BLK melayani pelatihan kerja untuk 28 pesantren. BLK tepat untuk menambah keterampilan santri, utamanya yang diperlukan seusai tamat dan pulang dari pondok kembali ke kampungnya. Dengan keterampilan khusus itu, selain pengetahuan agama yang dikuasainya, ia bisa menjadi pelopor pencipta lapangan kerja bagi warga di lingkungannya. Dengan begitu, santri menjadi patron mengurangi pengangguran terbuka di seantero negeri. Bidang kerja apa saja yang dilatihkan di BLK pesantren, menurut Jokowi, terserah pilihan para pengasuh pondok. Tentu saja bisa dari pelatihan terkait teknologi mutakhir, sampai keterampilan bidang administrasi untuk memajukan bisnis syariah. Atau, berbagai keterampilan yang berorientasi masa depan. Pembangunan BLK di lingkungan pesantren amat membantu kekurangan BLK selama ini. Di satu kabupaten ada yang cuma punya satu atau dua BLK, dengan anggaran dari APBD untuk pelatihannya yang relatif terbatas. Padahal jumlah angkatan kerja amat besar. Dengan tambahan 1.000 BLK di pesantren, jumlahnya nanti akan lebih memadai. Seiring pembangunan 1.000 BLK itu, ada dua hal yang harus sekalian dilakukan. Pertama, merehabilitasi BLK yang telah ada, utamanya mengganti peralatan lama yang sudah out of date, dengan peralatan mutakhir seperti yang nyata ada di dunia kerja. Tanpa itu, calon pekerja bisa kelimpungan saat masuk kerja menemukan peralatan di tempat kerja berbeda dengan di BLK. Lalu, menambah perlengkapan baru sesuai dengan bidang yang banyak dibutuhkan dunia kerja dewasa ini. Banyak kelengkapan di komputer, misalnya, yang harus dikuasai calon pekerja. Jangan sampai, ia tersisih di tes masuk kerja karena sebuah hal kecil yang tidak ada di BLK. Kedua, penguatan link and match Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan dunia kerja. Berdasar pada data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2018 dari 6,87 juta orang pengangguran, 8,92% tamatan SMK. Persentase pengangguran tamatan SMK itu tertinggi dibanding dengan kelompok pendidikan lainnya; SD ke bawah 2,67%, SMP 5,18%, universitas 6,31%, SMA 7,19%, dan diploma I—III 7,92%. Artinya, pembangunan 1.000 BLK buat pesantren tersebut sekaligus menjadi poros upaya menurunkan pengangguran secara lebih signifikan lagi ke masa depan.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar