SEJAK 2012 narapidana (napi) di Brasil diberi kesempatan mengurangi masa hukumannya dengan membaca buku karya sastra, filsafat, ilmu pengetahuan, atau cerita klasik. Sebuah laporan di internet menyebut, kebijakan literasi napi itu terakhir ini berhasil mengurangi kriminalitas di Brasil hingga 30%. Menurut telegraph.co.uk (26/6/2012), ada sebuah panel khusus yang akan menentukan napi mana saja yang dianggap mampu mengikuti program mengurangi hukuman lewat membaca tersebut. Setiap napi peserta program punya waktu empat minggu untuk selesai membaca sebuah buku dan menulis sebuah esai tentang buku tersebut. Setiap satu buku selesai dibaca dan esai yang dibuatnya diterima pengelola program, masa hukuman sang napi akan dikurangi 4 hari. Dengan setiap bulan selesai satu buku, setahun akan dapat 12 buku yang memberinya potongan hukuman 48 hari. Untuk itu, esai yang ditulis harus membuat jumlah alinea yang cukup dan benar, bebas dari koreksian rangkaian kalimat yang baik juga margin (jarak antarbaris tulisan) yang tepat. "Lewat program ini seorang napi akan keluar dari lembaga pemasyarakatan (LP) dengan pandangan yang tercerahkan dan luas untuk menghadapi realitas hidup di dunia," ujar pengacara Andre Kehdi dari Sao Paulo, pemimpin lembaga yang menyumbang buku ke LP. "Tanpa keraguan lagi mereka akan hidup sebagai pribadi yang lebih baik," tambahnya. Terkesan cara mengurangi hukuman lewat membaca itu, Duta Baca Indonesia Najwa Shihab mengusulkan agar Indonesia meniru Brasil yang memberikan insentif kepada napi yang gemar membaca buku. Khususnya bagi mereka yang berhasil menyelesaikan satu buku diberi imbalan pengurangan hukuman selama empat hari. Najwa menyatakan itu saat peluncuran Pustaka Jeruji Indonesia di LP Kelas IIA Maros, Sulawesi Selatan, tahun lalu. (Merdeka.com, 17/10/2017) "... Mereka itu dilatih untuk menulis dan menuangkan gagasan dan idenya yang didapatkan dari buku. Jadi pengurangan hukuman itu menurut saya adalah satu hal yang bisa kita pikirkan karena memang harus ada cara kreatif untuk membuat orang gemar membaca terlebih bagi warga binaan yang aktivitasnya terbatas," kata Najwa. Ide tersebut muncul setelah terjadi kerusuhan besar di penjara Brasil 2010 akibat jumlah napi telah jauh melampaui kapasitas LP yang ada. Jadi, selain cara mempersingkat masa hukuman, sekaligus pencerahan pandangan hidup mantan napi agar tak berkelanjutan jadi pelanggan hotel prodeo. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar