AKHIRNYA, rupiah unjuk kuatan meninggalkan level Rp14.500/dolar AS. Senin 26 November 2018 pukul 10.50 WIB, rupiah melompat ke Rp14.597/dolar AS dari Rp14.506/dolar AS pukul 10.40 WIB. Pada pukul 12.02 WIB rupiah mencapai level Rp14.474/dolar AS, dan pada pukul 15.20 di level Rp14.439/dolar AS, sesuai data Bloomberg lewat Google. Penguatan rupiah yang dramatis itu didukung oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal, anjloknya harga minyak dunia lebih 20 persen sepanjang bulan ini, dari kisaran 75—85 dolar AS/per barel ke kisaran 52—62 dolar AS/barel. Angin segar itu diperkuat rencana pertemuan Presiden Trump-Presiden Xi Jin Ping di KTT G20 Argentina akhir bulan, yang diharapkan menurunkan tensi perang dagang antara kedua raksasa ekonomi dunia tersebut. Faktor internal, yang membawa dampak positif terhadap pengiatan rupiah adalah penaikan suku bunga acuan BI menjadi 6% Senin (16/12/2018). Juga kembali masuknya modal asing yang siginifikan melalui SBN, yang sampai awal November menurut BI mencapai Rp42,6 triliun. Sepanjang November sampai tanggal 9 masuk sebesar Rp14,4 triliun. Sedangkan net modal asing yang masuk melalui saham (BEI) hari yang sama tercatat Rp5,5 triliun. Belakangan bisa diduga pemasukan modal asing ke pasar-pasar sekunder tersebut arusnya meningkat sehingga penguatan rupiah terdorong makin tajam. Ini tentu mendukung realisasi investasi yang dikelola BKPM, sesuai dengan rilis 30 Oktober 2018, investasi PMA dan PMDN Januari—September 2018 sebesar Rp535,4 triliun atau naik 4,3% dari periode sama tahun lalu sebesar Rp513,2 triliun. Didukung fundamental ekonomi yang kuat dan kondisi internal dan eksternal yang kondusif bagi rupiah, para pengamat memproyeksikan rupiah akan terus menguat sampai akhir tahun. Menurut Direktur Garuda Berjangka Ibrahim, juga karena di sisi lain dolar AS sedang dirundung hal-hal yang melemahkannya. Pertama, karena perekonomian Eropa membaik, sedang masalah anggaran Italia sudah ditangani UE. Kedua, Brexit telah selesai ditandatangani dengan musyawarah, hal ini membuat dolar AS lunglai. Ketiga, dolar melemah juga akibat pengangguran di AS meningkat. (Kompas.com, 26/11/2018) Sementara analis Asia Trade Points Futures Deddy Yusuf Siregar memperkirakan secara fundamental rupiah masih akan kuat. "Masih oke karena turunnya harga minyak dunia. Sehingga sampai akhir tahun, rupiah akan bisa menguat," tegasnya. Ia memprediksi akhir tahun ini level rupiah di Rp14.300 per dolar AS. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar