PEMAKAIAN biodiesel minyak sawit 20% (B20) dicampur solar bersubsidi sejak 1 September 2018, membuat pemerintah menghemat devisa setara Rp28,4 triliun untuk B20 sebanyak 4,02 juta kiloliter. Seiring, cadangan devisa terus naik, dari September di posisi 115 miliar dolar AS, akhir November jadi 117,2 miliar dolar AS, dan akhir Desember 2018 menjadi 120,7 miliar dolar AS. Padahal, November—Desember para pengusaha memborong dolar untuk membayar cicilan utang luar negeri dan bunganya, membayar dividen pasar saham yang ditarik investor asing. Itulah dampak positif B20 yang semula untuk mengurangi impor solar guna memperbaiki defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) yang melebar. Itu mendorong pemerintah memperluas pemakaian B20 tidak lagi hanya pada BBM bersubsidi (public service obligation/PSO). Mulai tahun ini diperluas ke BBM non-PSO. "Perluasannya pemanfaatan FAME (fatty acid methyl ester produk turunan CPO) yang tadinya PSO saja, sekarang termasuk non-PSO," jelas Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana. (Kompas.com, 8/1/2019) Produksi biodiesel Indonesia 2018, menurut Rida, 6,01 juta kiloliter. Sisa dari pemakaian 4,02 juta kiloliter diekspor. Namun, produksi biodisel Indonesia tahun ini menjadi 12 juta kiloliter. Untuk itu, pemerintah melakukan uji jalan untuk meningkatkan campuran ke solar menjadi B30, biodieselnya 30%. Peningkatan biodiesel dalam solar itu tidak perlu dikhawatirkan karena bus trans-Pakuan di Bogor jalan dengan bahan bakar minyak jelantah dari restoran ayam goreng. Karena itu, biodiesel yang ramah lingkungan punya nilai tawar lebih baik dibanding dengan bahan bakar fosil yang stoknya di alam kian habis. Pemakaian domestik yang makin efektif juga memperkuat nilai tawarnya. Contohnya, meski ada kampanye negatif sawit di Uni Eropa, perang dagang AS-Tiongkok masih menurunkan peminatan CPO, meski India menurunkan bea impor CPO hanya dari 44% jadi 40%, harga CPO pada 2019 ini terus naik. Dari 1.743 ringgit Malaysia atau 420 dolar AS/ton akhir November 2018, jadi 2.164 ringgit Malaysia/ton pada 2 Januari, pada 8 Januari naik jadi 2.178 ringgit Malaysia atau 524 dolar AS/ton. (CNBC-Indonesia, 7/1/2018) Selain itu, untuk menjaga harga tandan buah segar (TBS) petani saat harga kurang baik, Menkeu menaikkan batasan pungutan ekspor CPO dari 500—549 dolar AS/ton kena 25 dolar AS/ton menjadi 570—619 dolar AS/ton. Kemudian, 620 dolar AS/ton ke atas kena 50 dolar AS/ton.***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar