HASIL penelitian terbaru yang dipublikasikan jurnal AS Science menunjukkan lautan dunia memanas makin cepat, lebih cepat dari perkiraan, sebagai efek dari pemanasan global. Ini kabar buruk bagi dunia karena beragam kehidupan laut merupakan pasokan makanan utama bagi bumi kian terancam seiring memanasnya lautan. Dalam publikasi temuan yang dipimpin Chinese Academy of Science itu, para peneliti membantah laporan sebelumnya tentang adanya jeda dalam pemanasan global dalam beberapa tahun terakhir. Teknologi terbaru menunjukkan tidak ada hiatus seperti itu. Temuan baru tersebut juga meningkatkan kekhawatiran baru tentang laju perubahan iklim dan pengaruhnya terhadap salah satu bagian utama planet ini—lautan. (Kompas.com, 11/1/2019) Hiatus atau jeda pemanasan global menurut Wikipedia adalah seperti fenomena sepanjang 1998—2013, yaitu periode perubahan yang relatif kecil dalam suhu permukaan rata-rata global. "Pemanasan lautan adalah indikator perubahan iklim yang sangat penting, dan kami memiliki bukti kuat bahwa pemanasannya lebih cepat dari yang kami duga," kata Zeke Hausfather, co-author penelitian itu, dikutip dari AFP (10/1). Sebagai informasi, sekitar 93% dari kelebihan panas yang terperangkap di sekitar Bumi oleh gas rumah kaca yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan terakumulasi di lautan dunia. Laporan terbaru mengandalkan empat studi, yang diterbitkan antara 2014 dan 2017, yang memberikan perkiraan lebih tepat dari tren masa lalu dalam panas lautan. Metode itu memungkinkan para ilmuwan untuk memperbarui penelitian masa lalu dan mengasah prediksi untuk masa depan. Faktor kunci dalam angka yang lebih akurat adalah armada pemantau laut yang disebut Argo, terdiri atas hampir 4.000 robot mengambang di lautan. "Robot-robot itu melayang di seluruh lautan dunia, setiap beberapa hari menyelam ke kedalaman 2.000 meter dan mengukur suhu laut, pH, salinitas, dan bit informasi lainnya ketika mereka naik kembali," tulis laporan itu. "Argo telah menyediakan data yang konsisten dan luas tentang kandungan panas lautan sejak pertengahan 2000." Analisis baru menunjukkan pemanasan di lautan sedang berlangsung dengan pengukuran kenaikan suhu udara. "Model ini memprediksi suhu 2.000 meter teratas lautan dunia akan naik 0,78 derajat Celsius pada akhir abad ini," ujar dia. "Sinyal pemanasan global jauh lebih mudah dideteksi jika berubah di lautan, daripada di permukaan tanah," ujarnya. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar