HARGA karet petani di Sumsel pekan lalu Rp8.000—Rp9.000/kg, naik tajam dibanding sebulan sebelumnya Rp5.000/kg. Harga karet petani jenis slab basah mungkin agak sebanding dengan harga di pasar dunia kadar karet kering. Menurut data Bloomberg, di Tokyo Commodity Exchange pada transaksi 8 Maret 2019 untuk kontrak Agustus 2019 harga karet 197 yen/kg (Rp25.294/kg, kurs Rp128,40/yen). Harga mutakhir karet di Sumsel itu disebutkan petani bernama Farid Bani Adam saat bersama petani lain naik panggung menemui Presiden Jokowi yang berkunjung ke Banyuasin, Semsel, Sabtu (9/3/2019). "Saya senang sekali bertemu Bapak Presiden," ujar Farid. "Ini masalah karet. Sudah berapa lama?" tanya Presiden. "Hampir 20 tahun," jawab Farid. Jokowi lantas tanya harga karet yang dijual petani. "Sebulan lalu Rp5.000-an, sekarang Rp8.000-an Rp9.000-an," jelas Farid. (detik.com, 10/3) Jokowi pun bercerita tentang harga karet. Rendahnya harga karet petani selama ini, tuturnya, karena saat ini ekonomi dunia sedang mengalami penurunan sehingga ikut terdampak di Indonesia. Jokowi menjelaskan, pemerintah sudah berupaya mendongkrak harga karet. Pertama, pemerintah sudah berkomunikasi dengan negara-negara produsen karet di dunia, seperti Malaysia dan Thailand. "Kita telah berhubungan dengan menteri mereka. Untuk mengendalikan agar suplai ke pasar bisa diturunkan. Barangnya kurang, berarti harga bisa terdongkrak naik. Tapi, yang namanya negosiasi dengan negara lain tidak mudah," ujar Jokowi. Hasilnya sudah mulai terasa, yakni harga karet mulai merangkak naik dua pekan terakhir ini. "Dulu Rp5.000—Rp6.000, sekarang Rp8.300—Dp9.000. Ini harus disyukuri karena ekonomi dunia pada posisi yang belum baik. Tapi akan menuju normal kembali," kata Jokowi. Upaya kedua yang dilakukan pemerintah adalah menggunakan karet sebagai bahan campuran untuk mengaspal jalan. Program ini, lanjut Presiden, sudah dicoba di tiga provinsi, yaitu Sumsel, Riau, dan Jambi. "Sudah dicoba dan hasilnya bagus. Tapi harganya lebih mahal sedikit. Enggak apa-apa harga jalan lebih mahal sedikit, tapi kualitas lebih baik," ungkapnya. (Kompas.com, 9/3) Selanjutnya, Presiden ingin agar program ini dilakukan di semua provinsi, kabupaten dan kota di Indonesia. Dengan demikian, Indonesia tidak akan terlalu tergantung pada pasar luar negeri dalam menjaga harga karet. Upaya ketiga, memaksimalkan sektor industri agar Indonesia tak terlalu banyak ekspor produk mentah.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar