GENCATAN senjata perang dagang AS-RRT yang disepakati Trump-Xi Jinping di KTT G-20 Argentina sebenarnya berakhir 28 Februari 2019. Seharusnya tarif tinggi atas barang Tiongkok di AS berlaku lagi 1 Maret. Namun, Senin (25/2) Trump mencuit di Twitter menunda berlakunya itu karena ada kemajuan dalam perundingan dagang kedua negara. Hal senada juga disampaikan pihak Tiongkok. Kantor berita resmi Tiongkok Xinhua pada hari yang sama dikutip Reuters menyatakan AS dan Tiongkok telah membuat kemajuan substansial terkait beberapa isu spesifik dalam putaran terakhir perundingan dagang. Laporan itu mengutip delegasi Tiongkok yang mengikuti proses perundingan di Washington sepanjang pekan lalu hingga hari Minggu. Xinhua tak menyebut detail hasil perundingan. Dalam kicauannya di Twitter, Trump membawa kabar baik bagi pasar keuangan seluruh dunia. Rupiah misalnya, Selasa (26/2) pagi langsung menguat meninggalkan level Rp14.000/dolar AS, dan berayun di level Rp13.900-an. "Saya senang melaporkan bahwa AS telah membuat perdebatan tentang perundingan dagang kami dengan Tiongkok terkait dengan masalah keamanan, termasuk perlindungan kekayaan intelektual, transfer teknologi, pertanian, jasa, mata uang, dan banyak masalah lainnya," tulis Trump Minggu malam. Sebagai hasil dari pembicaraan yang sangat produktif itu, Trump menyatakan menunda perberlakuan tarif yang sebelumnya ditetapkan 1 Maret. "Dengan asumsi kedua pihak membuat kemajuan tambahan, kami saat ini sedang merencanakan pertemuan tingkat tinggi untuk Presiden Xi dan saya di Mar-a-Lago untuk merampungkan perjanjian," tambah Trump. (CNBC-Indonesia, 25/2/2019) Setelah perundingan selama sepekan di Washington, akhirnya AS-Tiongkok menyetujui nota kesepahaman (MoU) sebagai persyaratan hukum-formal untuk mencapai perdamaian dagang. MoU Garis Besar ini mencakup enam poin, yaitu perlindungan terhadap kekayaan intelektual, investasi, jasa, transfer teknologi, pertanian, nilai tukar, dan perdagangan. Jika Trump dan Xi Jinping berhasil merampungkan perjanjian damai perdagangan kedua negara, berarti perang dagang berakhir. Bisa diharapkan, perekonomian dunia terlepas dari ketidakpastian yang sempat mencekam. Setelah pelambatan ekonomi Tiongkok maupun AS akibat perang dagang teratasi, negara-negara mitra dagang keduanya seperti Indonesia bisa memulihkan ekspornya yang sempat terdampak. Dengan kondisi kedua raksasa ekonomi dunia kembali normal, harga komoditas juga akan membaik. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar