SETELAH kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual, muncul kecerdasan sosial sebagai kunci sukses abad ke-21. Meski teorinya berpangkal pada Thorndike (1920), dimatangkan abad ke-21 oleh Coleman (2006). Profesr Ichsan Setia Putra dari ITB mengangkat kesadaran sosial sebagai kunci sukses mahasiswa ke masa depan. Kecerdasan sosial adalah kemampuan mencapai kematangan pada kesadaran berpikir dan bertindak untuk menjalankan peran manusia sebagai makhluk sosial di dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan sosial dapat juga dimaknai sebagai kemampuan berinteraksi, kemampuan bekerja sama dalam organisasi dan melakukan negosiasi. Dalam seminar Social Inteligent: Wadah Peningkatan Kualitas Bangsa, Ichsan membagi kecerdasan sosial dalam lima elemen yang bisa menjadi kunci sukses. (1). Mampu membaca situasi dari perasaan orang-orang dan konten sosial yang memengaruhi orang lain (situational awarness). (2). Menunjukkan sikap percaya diri (presence). (3). Berperilaku jujur dan tulus (autheticity). (4). Bertutur kata dengan jelas dan sopan sehingga mampu dimengerti oleh orang lain (clarity). (5). Mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain (empathy). (Kompas.com, 1/3) Untuk konteks Indonesia, berdasar hasil penelitian Wulandari di Yogyakarta (2010) hingga Susanto di Salatiga (2014), kunci sukses kesadaran sosial itu juga relevan dengan kemampuan mengantisipasi lingkungan sosial yang penuh persaingan, konflik, bahkan bullying. Untuk sukses di abad ke-21, terkesan orang Indonesia mirip orang yang harus bisa lolos keluar dari gulat lumpur dalam kolam yang tidak jelas aturan mainnya. Lingkungan sosial yang agresif, bahkan cenderung kejam, homo homini lupus, hanya yang terkuat yang berhak hidup, menjadi lapangan ujian kesadaran sosial dalam menempatkan diri di tengah masyarakat dengan empati yang tepat. Kondisi dan situasi seperti itu bahkan sudah dimasuki sejak remaja di sekolah lanjutan. Tanpa kemampuan tepat memasuki situasinya, di sekolah bisa jadi korban perundungan, di luar sekolah tawuran, di jalan dihadang begal yang tidak segan menghilangkan nyawa korban. Realitas sosial yang cenderung sedemikian, menuntut kesadaran sosial lebih jauh untuk bisa lolos meraih sukses di bidangnya. Untuk itu, kesadaran sosial safety first menjadi kuncinya. Terutama berusaha tetap tenang, sekalipun ada politikus yang rajin menyebar hoaks membingungkan. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar