Artikel Halaman 8, Lampung Post Minggu 08-09-2019
Mikroplastik Mencemari
Udara, Hujan, dan Salju!
H. Bambang Eka Wijaya
STUDI menemukan partikel mikroplastik berukuran mikroskopis berjatuhan dari langit, mencemari udara, air hujan, dan salju. Di Arktik, Kutub Utara, para peneliti menemukan lebih dari 10.000 partikel mikroplastik per liter. Kutub Utara selama ini dipandang sebagai lingkungan alam terakhir yang bersih di dunia.
Tim peneliti asal Jerman dan Swiss merilis temuan itu di jurnal Science Advances. Sampel salju dari pulau Svalbard mereka peoses di laboratorium Institut Alfred Wegener, di Bremerhaven, Jerman.
"Kami sudah mengira akan menemukan sedikit kontaminasi. Tapi kami sangat terkejut ketika menemukan banyak plastik ini," ujar pimpinan tim riset, Dr. Melanie Bergmann dikutip Kompas.com (19/8/2019) dari BBC News.
Sementara peneliti Australia Dr Kieran Cox dan koleganya merilis di jurnal Enviromental Science & Technology, rata-rata orang mengonsumsi partikel mikroplastik antara 74.000 hingga 121.000 tiap tahun.
Meski begitu, efek kesehatan terkait hal ini belum diketahui. Peneliti hanya menyebut beberapa bagian dan jaringan tubuh manusia cukup kecil untuk dimasuki mikroplastik yang memungkinkan memicu reaksi kekebalan atau melepas zat beracun.
Mikroplastik muncul ketika produk plastik terdegradasi di lingkungan atau mengelupas saat pengemasan. Ukuran mikroplastik yang kecil membuatnya mudah terbang dan terhirup melalui udara atau menempel makanan, hingga ke atmosfir kemudian turun bersama hujan atau salju. Setidaknya ada 26 studi yang melihat partikel mikroplastik pada ikan, kerang, gula, garam, alkohol, air kemasan, hingga udara.
Badan Kesehatan PBB (WHO) baru bisa merilis 'informasi terbatas' kaitan mikroplastik dengan kesehatan manusia, seraya menyerukan penelitian lebih lanjut mengenai isu ini. "Kita perlu tahu secepatnya," kata badàn itu.
Dalam laporan pertamanya tentang isu ini, Dr Bruce Gordon dari WHO menemukan partikel plastik yang besar dan kebanyakan yang kecil, hanya singgah di dalam tubuh tanpa diserap sama sekali. Dengan itu WHO menyatakan mikroplastik tampaknya bukan merupakan bahaya bagi kesehatan pada levelnya yang sekarang.
Namun masih perlu lebih banyak penelitian mengenai ini dan masyarakat disarankan untuk mengurangi penggunaan plastik.
Studi menunjukkan air dalam kemasan botol mengandung lebih banyak mikroplastik daripada air kran. Hal itu bisa jadi karena sumber air terkontaminasi, tapi bisa juga karena polimer plastik yang digunakan untuk membuat botol dan tutupnya. ***
0 komentar:
Posting Komentar