Artikel Halaman 8, Lampung Post Rabu 11-09-2019
Minyak Sawit Dibalas dengan Susu!
H. Bambang Eka Wijaya
PEMERINTAH sedang mematangkan rencana untuk melakukan tindakan balasan terhadap diskriminasi Uni Eropa (UE) atas produk minyak sawit. Yakni, dengan mengenakan tarif bea masuk 20-25% untuk impor produk susu dan turunannya (dairy product) asal UE.
Namun, rencana tindakan balasan tersebut baru dalam wacana sudah dikecam oleh UE. Oleh karena itu, Kemenko Perekonomian, Kementerian Perdagangan dan kementerian terkait segera menggelar rapat koordinasi untuk membahas rencana tersebut.
"Kita koordinasikan semua. Jadi perlakuan retaliasi (pembalasan) kan konsekuensinya ke mana-mana. Kita akan rapat koordinasi," kata Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono dikutip CNBC Indonesia (6/9/2019).
Rencana Indonesia menerapkan bea masuk dairy product merupakan tindakan balasan terhadap UE yang menerapkan bea masuk biodiesel Indonesia 8-18% yang telah berlaku mulai 14 Agustus 2019. Menurut Dewan Biodiesel UE, pasar biodiesel kawasan itu sekitar 9 miliar euro atau Rp143,1 triliun per tahun. Pangsa impor dari Indonesia tahun lalu sekitar 400 juta euro atau Rp7,9 triliun.
Sebaliknya kebutuhan bahan baku susu olahan (dairy product) di Indonesia per tahun sekitar 3,3 juta ton, yang dipenuhi dari impor 80% atau sekitar 2,5 juta ton. Pangsa UE dalam impor tersebut cukup signifikan, karena industri dairy product asal UE di Indonesia sudah beropersi sejak zaman penjajahan.
Mengingat demikian signifikan impor dairy product Indonesia dari UE, wacana tindakan balasan RI terhadap diskriminasi UE terhadap minyak sawit itu membuat mencak-mencak Head of the Economic and Trade Section UE untuk Indonesia, Raffaele Quarto.
Wacana bea masuk dairy product melanggar ketentuan World Trade Organization (WTO), tuding Quarto dalam media briefing kerja sama UE dan Indonesia di Jakarta. Ia lupa diskriminasi UE terhadap produk sawit lebih dahulu melanggar ketentuan WTO.
Untuk itu, persiapan tindakan balasan itu perlu dilakukan mencegah dampak negatifnya ke ekonomi domestik. Khususnya, industri lokal yang menggunakan bahan baku dairy product asal UE lebih dahulu menyiapkan substitusi bahan baku dari negara-negara selain UE, bisa dari Australia, Selandia Baru, India, dan AS.
"Saya sudah kumpulkan importir produk dairy, saya bilang mereka lebih baik dari sekarang mencari sumber lain selain Eropa," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Ia menegaskan, Indonesia tak mungkin tinggal diam terhadap pemberlakuan dagang yang tak adil terhadap produk sawit andalannya. ***
0 komentar:
Posting Komentar