Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Valuasi Gojek 14 Kali Lipat Garuda!

Artikel Halaman 8, Lampung Post  Rabu 04-09-2019
Valuasi Gojek 14 Kali Lipat Garuda!
H. Bambang Eka Wijaya

BERKAT kata kunci #MO atau Mobilisasi dan Orkestrasi dalam praktik bisnis era digital, valuasi pasar Gojek yang sesungguhnya tak memiliki sendiri satu motor pun mencapai 14 kali lipat lebih besar dari Garuda Indonesia yang memiliki 142 pesawat terbang dan aset senilai 4,5 miliar dolar AS..
Berdasarkan data CB Insight, Gojek telah menyandang status decacorn, yang bervaluasi pasar 10 miliar dolar AS atau setara dengan Rp142 triliun. Sedangkan kapitalisasi pasar maskapai penerbangan Garuda Indonesia pada angka Rp11,07 triliun.
Di era digital ini Gojek dinilai lebih tinggi karena memiliki nilai network effect yang lebih besar ketimbang perusahaan konvensional yang berdiri sendiri (stand alone).
Network effect itu bisa dilihat pada jejaring super aplikasinya yang menyatukan dalam suatu orkestrasi ekosistem pemilik warung, restoran, pengemudi ojek dan sebagainya yang dimobilisasi Gojek.
"Memang benar, platform tidak untung dan bakar duit terus. Ada yang menuding valuasinya manipulatif. Pokoknya platform ini dihadang terus sama perusahaan yang stand alone. Tapi mereka (platform) efekmya banyak, melibatkan UKM, membuka lapangan kerja. Lihat berapa banyak yang terbantu," ujar Rhenald Kasali, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI. (Kompas.com, 14/8/2019)
Valuasi Gojek lebih besar karena analisis bisnis di era digital sudah berubah. Saat ini, menurut Kasali, aset tak lagi tangible (berwujud) seperti yang dimiliki Garuda Indonesia. Ada aset intangible (tak berwujud) yang tak bisa diukur dan dicatat pada balance sheet akuntansi seperti yang dimiliki Gojek.
"Gojek tak punya satu pun motor, tapi valuasinya melebihi Garuda. Apa asetnya? Intangible, bentuknya seperti brand, skill, inovasi, dan keterampilan yang akhirnya menciptakan platform berbasis ekosistem," jelasnya.
Aset intangible adalah aset yang tidak bisa dijamin perbankan, tapi melekat di diri seseorang ataupun pelaku usaha, yaitu ketrampilan, inovasi, ide, dan sebagainya.
Meski tak bisa dicatat dengan metode akuntansi, aset ini justru digunakan dalam bisnis di era digital. Hal inilah yang menyebabkan teori bisnis lama menjadi usang dan model bisnis tak lagi relevan di era digital," tegasnya.
Aset intangible diperoleh saat mengorkestrasi bisnis, memanfaatkan ekosistem dari luar perusahaan, menyatukannya dalam sebuah aplikasi sehingga terbangun network. Semakin besar dan luas mobilisasi ekosistem yang diorkestrasi, kian besar pula skala bisnisnya. ***




0 komentar: