Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Masuk New Normal, Pandeminya Naik!

Artikel Halaman 8, Rabu-10-06-20
Masuk New Normal, Pandeminya Naik!
H. Bambang Eka Wijaya

MEMASUKI New Normal, berarti dilakukan pelonggaran terhadap pembatasan sosial tertentu untuk bisa dimulainya kegiatan sosial dan ekonomi, ternyata pandeminya malah naik. Sabtu (6/6/2020) kenaikan kasus baru positif Covid-19 mencapai angka tertinggi, yakni 993.
Dengan tambahan itu jumlah kasus positif Corona menjadi 30.514 kasus, 1.801 orang meninggal, sembuh sebanyak 9.907 orang.
Peningkatan signifikan tambahan kasus baru positif infeksi virus Corona di awal New Normal itu wajar jika membuat orang khawatir terhadap kelancaran New Normal nantinya.
Apalagi ada pengalaman Korea Selatan yang harus jeda dari New Normal akibat munculnya kasus baru sebagai gelombang kedua Covid-19. Sedangkan kita, gelombang pertama saja belum selesai, bahkan yang tampak justru sedang memuncak.
Namun demikian, juru bicara pemerintah untuk Covid-19 Ahmad Yurianto mengatakan, penambahan kasus baru positif itu hasil dari banyaknya tes spesimen dan tracing yang semakin luas.
"Jangan cuma lihat jumlahnya. Lihat juga sebaran provinsinya, kan ada data tabelnya," tegas Yuri. (detiknews, 7/6/2020)
Yuri mengatakan jangan pula menutup mata terhadap jumlah pasien sembuh, yang jumlahnya juga terus meningkat. Menurut dia, sebagian besar pasien yang sembuh itu berkat daya tahan tubuh mereka yang baik. Sedang yang sembuh dengan terapi plasma darah, tak terlalu besar. "Malah plasma darah itu kan masih trial," tambahnya.
Itu berarti, jika tes dan tracing dilakukan lebih masif dan lebih luas lagi, jumlah kasus baru juga akan terus naik. Sehingga, ketika itu terjadi bersamaan dengan New Normal, maka bisa terjadi pacuan Covid-19 dan New Normal.
Untuk itu, seluruh komponen bangsa harus berjuang kompak untuk memenangkan pacuan melawan Covid-19. Kalau sampai kalah, kasus baru Covid-19 meledak, sedang New Normalnya terseok-seok. Tampak, perjuangan di palagan New Normal justru jauh lebih berat dari PSBB, karena konsekuensi ancaman ledakan Covid-19 lebih nyata akibat cara meneranginya jadi sambilan membangun ekonomi.
Guna menghindari kemungkinan buruk itu, maka penerapan Tatanan Normal Baru Produktif dan Aman Covid-19 (TNBPAC) harus benar-benar efektif, disiplin lebih kuat dan solid satu bahasa semua komponen bangsa.
Dalam menghadapi ancaman nyata untuk memenangi pacuan melawan Covid-19 itu, tak boleh lagi terulang instansi A membuat kebijakan X sedang instansi B membuat kebijakan Z yang saling bertentangan dan adu kuasa pelaksanaannya di lapangan. ***




0 komentar: