Artikel Halaman 8, Lampung Post Senin 29-06-2020
Turun, Pendapatan 7 dari 10 Wong Cilik!
H. Bambang Eka Wijaya
SURVEI Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat turunnya pendapatan 7 dari 10 masyarakat ekonomi bawah yang lazim disebut wong cilik. Kepala BPS Suhariyanto menyatakan, hal itu terjadi sebagai dampak pandemi Covid-19.
Penurunan pendapatan dampak Covid-19 itu melanda semua lapisan masyarakat. Namun yang paling parah dan paling besar jumlahnya pada masyarakat lapisan bawah, yakni kelompok penduduk berpendapatan rendah, yakni sekitar Rp1,8 juta per bulan.
"Pada penduduk pendapatan rendah, tujuh dari 10 orang (70,53%) berpendapatan rendah menurun pendapatannya. Sementara menengah ke atas tiga dari 10 (30,34%)," ujar Suhariyanto saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, pekan lalu. (Kompas.com, 22/6/2020)
"Artinya dampak Covid-19 lebih dalam ke masyarakat berpendapatan rendah, karena pendapatan mereka berkurang, maka pola konsumsi berkurang," jelasnya.
Menurut Suhariyanto, meski pola konsumsi masyarakat berubah, tidak ada pengurangan konsumsi terhadap produk makanan dan kesehatan. Kemerosotan komsumsi terjadi pada BBM hingga transportasi publik.
Di sisi lain ada kenaikan pengeluaran untuk pulsa dan paket data. "Jadi ada sektor-sektor yang mengalami kemunduran, tapi ada yang mengalami gain," jelasnya.
Suhariyanto mengatakan, perekonomian RI kuartal II tahun ini bisa dipastikan akan mengalami kontraksi. Ia paparkan beberapa indikator kinerja perekonomian pada kuartal II 2020 yang jauh lebih buruk dari kuartal I 2020 yang telah mengalami tekanan.
Misalnya terjadi kemer5osotan penjualan mobil yang mencapai 93,21%, kemudian penjualan motor juga mengalami kontraksi 78,31%.
"Jadi dalam sekali. Demikian juga dengan impor bahan baku. Untuk Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia meski ada kenaikan sedikit pada Mei di 28,6 masih jauh dari 50, itu angka yang diinginkan," tambahnya.
Dari sisi pengeluaran juga, perekonomian RI menunjukkan situasi yang muram. Misalnya jumlah penumpang angkutan udara, pada kuartal I 2020 kontraksi sudah terjadi namun masih di kisaran 13,62%. Namun pada kuartal II, posisi saat ini sudah merosot 87,91%.
Demikian kondisi ekonomi Indonesia saat ini menurut survei BPS. Sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut tekanan terhadap konsumsi rumah tangga pada kuartal II 2020 ini akan lebih berat dari kuartal I 2020 sebesar 2,84%. Jauh di bawah kuartal I 2019 sebesar 5,07% atau 56,83% dari PDB.
Namun, sumbangan konsumsi rumah tangga kuartal I 2020 ke PDB lebih tinggi, 58,14%, ***
0 komentar:
Posting Komentar