Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Anomali, NTP Naik Deflasi Berlanjut!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Senin 05-10-2020
Anomali, NTP Naik Deflasi Berlanjut!
H. Bambang Eka Wijaya

RESESI ekonomi Indonesia awal Oktober 2020 dimulai dengan anomali: Nilai Tukar Petani (NTP) sebagai gambaran daya beli petani naik, tapi deflasi pertanda merosotnya daya beli masyarakat berlanjut di September 0,05%, setelah deflasi Juli 0,10% dan Agustus 0,05%.
 Deflasi itu sendiri merupakan anomali lain lagi dengan penggelontoran bansos dan stimulus ekonomi sepanjang Juli-September yang bertujuan untuk membalikkan tren pertumbuhan negatif 5,32% pada kuartal II 2020, menjadi tren pertumbuhan positif pada kuartal III 2020.
Namun, nyatanya arus pertumbuhan negatif dalam skala global amat dahsyat sehingga tak terbendung dampaknya di Tanah Air oleh bansos dan stimulus maupun diperkuat kenaikan NTP sekalipun.
Dengan itu layaklah kalau sejak kuartal III 2020 belum berakhir, Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah lebih dahulu mengibarkan bendera putih menyerah ekonomi Indonesi memasuki resesi awal Oktober ini. Dengan prediksi, pada kuartal III 2020 ekonomi Indonesia akan mengalami pertumbuhan negafif 2,9% sampai 0,01%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam konferensi pers video Kamis (1/10) mengatakan, dengan deflasi 0,05% pada September 2020 itu, tingkat inflasi tahun kalender (ytd) menjadi 0,89%. Sedangkan inflasi secara tahunan (yoy) menjadi 1,42%.
Suhariyanto merinci, kelompok makanan, minumam dan tembakau mengalami deflasi sebesar 0,37%, dan menyumbang deflasi sebesar 0,09%. Sementara daging ayam ras dan telur menyumbang deflasi 0,04%.
Deflasi pada September yang menjadi anomali pada kenaikan NTP mengaktual pada komoditas seperti cabai rawit, tomat, dan beberapa produk holtikultura lainnya dan peternakan, yang secara bersamaan harganya turun justru di saat NTP mengalami kenaikan yang signifikan.
NTP tanaman pangan naik 0,90% menjadi 101,53%, NTP perkebunan rakyat naik 2,67%.
Dengan itu tentu bisa dipahami, jika untuk kuartal IV 2020 gelontoran bansos dan stimulus ekonomi kepada masyarakat yang membutuhkan harus dilakukan lebih besar lagi. Termasuk kepada petani, yang kenaikan NTP-nya ditelan deflasi. Sebab, kalau awal Oktober sudah jelas kondisinya resesi, maka kesulitan ekonomi rakyat dengan sendirinya meningkat. Sehingga, tingkat bantuan yang dibutuhkan juga naik sebanding.
Bahkan pada tahap resesi, kelompok sosial yang sebelumnya tidak rentan bisa berubah  menjadi rentan. Apalagi kalau terjadi gelombang PHK baru. Harus diantisipasi dan dimitigasi, agar hal-hal tak terduga terbaca. ***






0 komentar: