Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Bangsa Kehilangan Rasa Percaya Diri!


Artikel Halaman 8, Lampung Post Senin 26-10-2020
Bangsa Kehilangan Rasa Percaya Diri!
H. Bambang Eka Wijaya

BANGSA ini bangkit berkat rasa percaya diri para pejuang generasi Dr.Wahidin Sudiro Husodo, Tjokroaminoto, Dr. Sutomo, Ki Hadjar Dewantoro dan kawan-kawan yang yakin untuk mampu berdiri sebagai bangsa merdeka.
Rasa percaya diri itu dilanjutkan dan diperkuat dengan perjuangan generasi Bung Karno, Bung Hatta dan kawan-kawan hingga mencapai Indonesia merdeka.
Tak hanya sampai di situ. Rasa percaya diri itu bahkan membara di setiap dada warga bangsa Indonesia saat mempertahankan kemerdakaan negaranya dari kedatangan tentara Belanda untuk kembali menjajah Tanah Air dengan  bantuan serdadu Inggris dan Amerika Serikat. Hanya dengan bersenjata bambu runcing, berkat rasa percaya diri itu bangsa Indonesia berhasil mengusir kaum penjajah dengan mesin  perang modern yang menang Perang Dunia II.
Namun sayang, rasa percaya diri sebagai modal utama perjuangan bangsa Indonesia ini luntur, bahkan cenderung hilang dari ingatan para elite pemimpin masa kini bangsa.
Akibat ketiadaan rasa percaya diri bahwa bangsa ini manpu mengisi kemerdekaan dengan sepenuhnya atas dasar kemampuan bangsa sendiri, para elite bangsa tenggelam dalam impian instannya untuk menyerahkan pembangunan bangsanya kepada pemodal atau investor bangsa lain.
Tak kepalang, sekaligus menyerahkan kepada investor asing kekayaan alam yang oleh para pendiri bangsa diyakini bisa memakmurkan sebesar-besarnya rakyat Indonesia.
Betapa malang nasib bangsa yang elite pemimpinnya bermimpi instan menyerahkan segala kekayaan alam negeri warisan leluhurnya kepada investor asing dan hanya menjadikan rakyatnya semata sebagai buruh murah, kuli dari bangsa-bangsa lain dengan perlindungan hak-hak kemanusiaan amat rendah. Bahkan membiarkan rakyat dalam modern slavery (perbudakan modern).
Para elite pemimpin bangsa itu bermimpi instan hidup ongkang-ongkang menyaksikan nikmatnya kapitalisme global yang mereka beri fasilitas mengeruk kekayaan alam negerinya dengan royalti Nol Persen.
Semua itu terjadi ketika rakyat tak berdaya di bawah tekanan apa yang disebut Azyumardi Azra sebagai "tirani mayoritas politik" (Kompas, 15/10/2020). Maka, muluslah apa yang diinginkan elite pemimipin.
Namun, untung semangat rasa percaya diri bangsa itu tidak padam total. Masih ada nyala  meski relatif kecil di cakrawala keindonesiaan yang luas, yang terekspresi dalam demonstrasi buruh dan mahasiswa. Karena itu, kita kutuk perusuh yang mencemarkan kemurnian perjuangan buruh dan mahasiswa. ***


0 komentar: