Artikel Halaman 8, L as mpung Post.Minggu 04-10-2020
RAD, Badak Sumatera
Terancam Kepunahan!
H. Bambang Eka Wijaya
UNIT Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) menyatakan populasi badak Sumatera termasuk dalam kategori konservasi terancam kepunahan.
Badak Sumatera spesies langka dari famili Rhinocerotidae yang dikenal juga sebagai badak berambut atau badak Asia bercula dua (Docerorhinus Sumatrensis). Diperkirakan jumlah badak Sumatera di alam sungguh mengkhawatirkan, merosot menjadi kurang dari 100 ekor atau bahkan di bawah jumlah 80 ekor saat ini.
Untuk menyelamatkan populasi badak Sumatera, pemerintah Indonesia telah menyusun Rencana Aksi Darurat (RAD) penyelamatan Populasi Badak Sumatera 2018-2021.
Yayasan Keanekaragaman Hayati (Kehati) mendukung RAD tersebut. Riki Frimdos, direktur eksekutif Kehati menyatakan, Yayasan Kehati ikut serta dalam mengeluarkan dana untuk perlindungan spesies tersebut melalui program Tropical Forest Conservation Action (TFCA) Sumatera dan Kalimantan.
"Yayasan Kehati melalui mitra-mitra di tingkat lokal dan bersama seluruh pihak akan terus mendukung program pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia, termasuk penyelamatan badak Sumatera baik yang terdapat di Sumatera maupun Kalimantan," ujar Riki.
Menurut Riki, melalui skema pendanaan yang ada, program TFCA badak Sumatera, Yayasan Kehati memfokuskan dukungan pelaksanaan pemulihan populasi badak Sumatera melalui beberapa program.
Pertama, melindungi populasi-populasi yang masih viabel di habitatnya. Program ini untuk melindungi secara masif populasi badak yang ada untuk dapat berkembang secara alami.
Salah satu kegiatannya membentuk tim patroli dan meningkatkan kapasitas anggota patroli melalui berbagai fasilitas pelatihan dan pengembangan tim patroli bersama masyarakat.
"Selain berdampak terlindunginya populasi badak, patroli juga berdampak langsung pada perlindungan hutan dan satwa lainnya," ujar Riki. (Kompas.com, 23/9)
Kedua tim menyediakan data akurat mengenai kondisi populasi untuk pengambilan keputusan konservasi yang tepat.
Mitra-mitra TFCA melakukan survei okuvansi untuk mengetahui sebaran perkiraan tingkat hunian atas blok habitat yang diwakili. Serta, mempelajari faktor-faktor yang turut menentukan keberadaan dan okupansi badak di bentang alam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Taman Nasional Way Kambas (TNWK), dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).
Untuk mendukung aktivitas survei, TFCA Sumatera menyediakan 317 buah kamera jebak (trap camera) yang didistribusikan ke tiga taman nasional tersebut. ***
0 komentar:
Posting Komentar