Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Pilkada, Kampanye Digital Masih Sepi!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Jumat 02-10-2020
Pilkada, Kampanye Digital Masih Sepi!
H. Bambang Eka Wijaya

KAMPANYE Pilkada berlaku 28 September hingga 5 Desember. Tapi kampanye di pekan awal ini belum seronok. Sebabnya, kampanye konvesional arakan massa ditiadakan, karena ada pandemi. Kampanye digital di media sosial sebagai penggantinya, juga masih sepi.
Mungkin para kontestan dan tim kampanyenya kagok, beralih dari kampanye konvensional ke kampanye digital. Akibatnya, dari 21 pasang calon kepala daerah di 8 kabupaten/kota yang ikut Pilkada di Lampung, hanya melintas dua materi kampanye di medsos, pasangan Nomor 1 Bandar Lampung dan nomor 2 Metro. Keduanya cuma unjuk nomor, tanpa narasi.
Hal itu bisa jadi karena kurangnya persiapan para kandidat dan tim kampanye untuk kampanye digital. Pasalnya larangan kampanye membuat kerumunan maupun arakan massa baru keluar menjelang jadwal kampanye.
Pasalnya, setelah buntu dibuat pandemi, dalam PKPU Nomor 10/2020 sebagai perubahan dari PKPU 6/2020, dalam kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye dan peraturan perundang-undangan Pasal 57, menempatkan kampanye melalui media sosial paling ujung, di huruf (g).
Padahal di Lampung, relawan pendukung yang mengampanyekan kandidat melalui medsos belum mentradisi. Lain hal di Jakarta, pada Pilkada 2012 muncul pergerakan relawan daring bernama Jokowi Ahok Social Media Volunteers atau Jasmev. Lalu pada Pilpres 2014 muncul Jokowi Advanved Social Media Volunteers (Jasmev).
Tanpa persiapan jauh hari, bisa dipahami kalau untuk kampanye digital para pasangan calon kepala daerah di Lampung harus mulai dari nol dan meraba-raba. Akibatnya, secara nyata mereka kehilangan waktu yang efektif untuk kampanye. 
Tentu sangat disayangkan tersia-sianya waktu yang amat berharga untuk kampanye itu. Betapa, di zaman ini, sistem komunikasi broadband seharusnya bisa mengatasi keterbatasan ruang dan waktu untuk menembus hambatan struktural dalam kampanye. Contohnya, pesan lewat media sosial akan dengan mudah melangkahi barisan centeng yang pagar betis menghambat gerak juru kampanye calon tertentu.
Meski demikian, sekalipun mulai dari nol, masih ada sisa waktu yang cukup untuk kampanye melalui media sosial. Banyak platform bisa dipakai dengan mudah untuk itu, dengan audiens lintas strata atau status sosial. 
Buat materi kampanye yang bernas, jangan merugikan atau menyerang orang lain. Lantas viralkan ke semua platform media sosial. Isinya menebar harapan, yakinkan audiens bahwa Andalah orang yang menjadi solusi masa depan mereka. ***




0 komentar: