Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

IDI, 228 Tenaga Kesehatan Meninggal!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Sabtu 03-10-2020
IDI, 228 Tenaga Kesehatan Meninggal!
H. Bambang Eka Wijaya

JUMLAH kematian tenaga kesehatan (nakes) akibat terpapar Covid-19 terus bertambah. Per Selasa (29/9/2020) tercatat 228 orang nakes meninggal dunia,
Berdasar data terbaru Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perhimpunan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), nakes yang gugur di garis depan itu 127 dokter, 9 dokter gigi, dan 92 perawat.
Dari 127 dokter yang wafat terdiri dari 66 dokter umum, 59 dokter spesialis dengan 4 di antaranya guru besar dan 2 orang residen. Sementara dari 9 dokter gigi tersebut, 6 dokter gigi umum dan 3 dokter gigi spesialis.
Keseluruhan dokter tersebut betasal dari 18 IDI wilayah provinsi dan 61 IDI cabang kota/kabupaten.
Data asal provinsi berikut: Jawa Timur (31 dokter), Sumatera Utara (21 dokter), DKI Jakarta (17 dokter), Jawa Barat (11 dokter), Jawa Tengah (9 dokter), Sulawesi Selatan (6 dokter), Bali (5 dokter), Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Aceh masing-masing (4 dokter), Kaltim dan Riau (3 dokter), Kepri, DIY  dan NTB (2 dokter), lalu Sulut, Banten, dan Papua Barat (1 dokter).
Menyikapi angka kematian nakes yang meningkat pesat ini, Ketua Tim Protokol dari Tim Mitigasi IDI, Eka Ginandjar mengatakan, hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat tidak memahami pelaksanaan aturan adaptasi kehidupan baru dan masih banyak yang tidak mematuhi protokol kesehatan.
Eka menuturkan, munculnya klaster-klaster baru di setiap area dan bidang merupakan hal yang patut diwaspadai saat ini.
"Penggunaan masker yang baik dan benar sangat penting dalam upaya memutus rantai  penularan Covid-19, termasuk menjaga diri kita dan orang lain yang kita sayangi dari tertular Covid-19, maka langkah 3M harus dilaksanakan," ujar Eka. (Kompas.com, 29/9)
Besarnya kematian nakes di Indonesia, salah satu penyebabnya menurut seorang dokter yang diwawancara Metro-TV (29/9), karena terlalu beratnya beban penanganan pasien Covid-19 di hilir, sehingga6 tenaga kesehatan merasa kelelahan dan jenuh.
Di hilir maksudnya  kebijakan penanganan Covid-19 terlalu diandalkan ke penanganan rumah sakit. Sedangkan di hulunya, pelacakan dan tes swab masih jauh dari semestinya, 1 per 1.000 penduduk per minggu.
Andai penanganan Covid-19 di hulu dan di hilir seimbang, sehingga lebih banyak OTG dan penderita lain terjaring pelacakan dan tes swab lalu dikirim ke isolasi mandiri, beban di hilir akan berkurang. Penangananan Covid-19 pun bisa lebih efektif. ***



0 komentar: