Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Vaksin Tiba, Pemerintah Tidak All Out!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Kamis 10-12-2020
Vaksin Tiba, Pemerintah Tidak All Out!
H. Bambang Eka Wijaya

VAKSIN Covid-19 Minggu (6/22) tiba di Tanah Air dari Sinovac, Tiongkok. Harapan segera teratasinya pandemi pun menjulang. Sayang, pemerintah tidak all out menggratiskan vaksin kepada semua warga, tapi setengah hati hanya 30% yang gratis, sisanya harus bayar mandiri.
Seharusnya saat negara di bawah serangan wabah 7ganas seperti Covid-19, negara memberikan perlindungan secara holistik terhadap semua warga negara. Setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk mendapatkan perlindungan dari negara, seperti vaksinasi.
Alasan dana negara terbatas agar yang mampu membiayai secara mandiri vaksinasi dirinya, akan menjadikan proses vaksinasi bolong-bolong, tidak menutup serapat mungkin semua celah rantai penyebaran virus. Akibatnya, virus akan selalu menjadi beban yang menggelayuti setiap langkah bangsa.
Pengalaman virus cacar yang ditemukan tahun 1796, perlu waktu hampir 200 tahun untuk menghabisi virus cacar yang baru selesai pada 1980. Itu virus cacar yang sifatnya sporadis. Sedangkan virus Covid massif di seantero muka bumi.
Kalau alasan dananya terbatas, yang 30% itu pun didapat dari ngutang, maka yang ekonominya mampu supaya berusaha sendiri. Cara berpikir itu terbalik, justru karena sumber dananya utangan, yang harus dibayar dengan uang pajak dari rakyat, maka mereka yang ekonominya kuat sehingga setoran pajaknya jauh lebih besar harus diutamakan, agar beban utang bisa lebih cepat ditutup dengan pajak kontribusi dari kalangan mampu tersebut.
Di sisi lain, kalangan mampu kalau diminta menentukan sendiri vaksinasi dirinya, bisa tidak menjadikannya prioritas karena banyak kesibukan lain yang lebih penting. Contohnya, untuk tes swab saja ada orang yang lari malam dari rumah sakit. Itu karena orang yang punya kemampuan lebih empatinya terhadap kepentingan umum cenderung relatif rendah.
Sikap banyak kalangan seperti itu akan menghambat penuntasan cepat masalah pandemi. Tapi kalau diwajibkan karena gratis, asal disusun baik jadwalnya, bisa diharap.
Kalau biayanya membengkak, sekalian saja ditutup dari utangan, sehingga membayarnya tak ada orang yang merasa keberatan dengan alasan tak ikut menikmati utangnya tapi ikut ketimpa beban membayarnya.
Artinya, jaminan kesemestaan vaksinasi Covid-19 harus menjadi prioritas, soal biayanya menjadi kewajiban untuk tercapainya mesemestaan tersebut. Lawan yang dihabisi adalah virus yang tak terlihat, kalau tidak all out akan selalu tersisa peluang buat virus. ***



0 komentar: