Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Kenapa di Tanahku Terjadi Bencana?

Artikel Halaman 12, Lampung Post Selasa 09-03-2021
'Kenapa di Tanahku Terjadi Bencana?'
H. Bambang Eka Wijaya

PRESIDEN Jokowi mengungkapkan, Indonesia peringkat tertinggi di dunia dari 35 negara yang rawan risiko bencana. Selama 2020, BNPB mencatat ada 3.253 kejadian bencana di Indonesia. Rata-rata per hari terjadi 9 bencana.
Rata-rata setiap hari 9 bencana itu layak kita renungkan, seperti nyanyian Ebiet G. Ade, "Kenapa di tanahku terjadi bencana?"
Kita cari jawabnya ikut Ebiet di jalur nurani, secara subjektif kita introspeksi diri sebagai kalifah di bumi, diwajibkan memelihara kehidupan di bumi dengan sebaik-baiknya. 
Tapi sebagai kalifah itu kita kurang amanah. Kita justru merusak dan menguras kekayaan alam untuk melampiaskan keserakahsn kita hingga lingkungannya rusak parah dan menjadi biang segala bencana.
Dengan demikian, bencana itu tak lain hanya akibat dari keserakahan kita sendiri, sekaligus sebagai peringatan atau bahkan hukuman atas tingkah buruk kita.
Perubahan iklim dari waktu ke waktu yang memicu cuaca ekstrem menjadi semakin buruk, sebagai pangkal berbagai bencana, terjadi akibat setiap tahun jutaan hektar permukaan hutan perawan dibuka, digunduli, tanahnya digali untuk menghasilkan ekspor batu bara per hari satu juta ton.
Itu tetjadi berkelanjutan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), dari 2013 total ekspor batu  bara 381,3 juta ton setahun, pada 2019 ekspor batu bara 374,9 juta ton setahun. Ditambah lagi ribuan ton setiap hari untuk pembangkit listrik di seluruh Tanah Air.
Dari ekspor batu bara satu juta ton per hari itu, royaltinya yang dibayar penambang kepada negara hanya antars 2% sampsi 7% dari harga per ton. Keuntungan besar dinikmati juragan tambang, derita bencana ditanggung rakyat.
Kemudian,  jutaan hektar hutan perawan lainnya dibongkar dijadikan perkebunan kelapa sawit. Mayoritas lahan sawit dikuasai segelintir konglomerat. Sedangkan BUMN dan petani sawit hanya 45%.
 Menurut data Ditjen Perkebunan Kementan, pada 2016 luas lahan sawit 11,2 juta hektar, pada 2020 menurut Menteri Pertanian dalam pidato Hari Sawit Nasional 2021 yang dibacakan Dirjen Pekebunan Kasdi Subagyono luas area sawit menjadi 16,3 juta hektar. (InfoSawit, 1/3/2021)
Jadi dalam lima tahun, lebin lima juta hektar hutan dibongkar jadi lahan sawit. Itu yang tercatat di kawasan yang terlihat. Yang tak tercatat dan tak terlihat, yang menindih lokasi tanah adat, seperti di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, tak terhitung.
Tampak, banyak hal yang harus dilakukan kalifah di bumi untuk mengurangi bencana. ***




0 komentar: