Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Pemulihan Ekonomi Diuji Loncat Tinggi!

Artikel Halaman 12, Lampung Post Senin 15-03-2021
Pemulihan Ekonomi Diuji Loncat Tinggi!
H. Bambang Eka Wijaya

KURVA pemulihan ekonomi nasional (PEN) menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sudah 'V-Shave'. Maksudnya, dari titik terendah kontraksi 5,32% Triwulan II-2020, garis pemulihan langsung naik membentuk huruf 'V'.
Sayangnys garis naik itu kurang 2,19% untuk mencapai sejajar dengan titik awal. Sehingga untuk keluar dari resesi pada Triwulan I-2021 harus loncat setinggi 2,20%, agar ekonomi tumbuh positif setidaknya 0,01%.
Secara empiris sejak terkontraksi minus 5,32% pada Triwulan II-2020, laju pemulihan ekonomi nasional berkisar hanya antara 1,30%--1,83% per triwulan. Yakni, menjadi minus 3,49 pada Triwulan III-2020, dan menjadi minus 2,19% pada Triwulan IV-2020. Dengan itu, ekonomi Januari--Desember 2020, tumbuh minus 2,07%.
Dari pengalaman itu tampak, loncatan tertinggi yang bisa dilakukan ekonomi nasional dalam satu triwulan selama pandemi adalah 1,83%. Jadi ujiannya, mampukah ekonomi Indonesia meloncat 2,20% pada Triwulan I-2021?
Harapan untuk itu muncul dari ekspor Januari 2021 surplus 1,96 miliar dolar AS. Itu dari total ekspor bulan tersebut sebesar 15,3 miliar dolar AS, atau naik 12,24% yoy.
Namun, di balik surplus ekspor itu, Kepala BPS Suhariyanto menyoroti kinerja impor yang menurun secara tahunan maupun bulanan. Impor pada Januari 2021 tercatat sebesar 13,34 miliar dolar AS, turun 7,59% mom dan secara tahunan turun 6,49% yoy.
Penurunan impor ini, menurut Suhariyanto, didorong oleh penurunan kinerja impor barang konsumsi, barang penolong, maupun barang modal yang mengindikasikan pergerakan impor masih belum sesuai harapan.
Lemahnya impor juga mencerminkan masih belum pulihnya konsumsi masyarakat. Menurut dia hal itu juga layak diwaspadai karena menunjukkan konsumsi domestik yang masih sangat lemah.
Meski sudah tidak deflasi lagi, inflasi inti Januari 2021 sebesar 0,14% terendah sejak 2004, sementara harga yang diatur pemerintah masih deflasi 0,19%.
Dinamika perekonomian dengan daya  beli dan konsumsi domestik yang masih lemah itu menggambarkan masih kurang kuatnya daya loncat pertumbuhan untuk bisa keluar dari resesi di akhir Triwulan I-2021.
Kendalanya, sampai medio Maret 2021 PPKM di Jawa dan Bali malah diperluas ke Kaltim, Sulsel dan Sumut, sehingga perputaran roda ekonomi terbatas.
Selain itu, konsumsi yang menyumbang 57% PDB masih tertekan oleh pengetatan impor. Akibatnya, kelas menengah yang hobi belanja produk branded impor menahan diri dengan menyimpan uangnya di bank. ***



0 komentar: