Artikel Halaman 12, Lampung Post Rabu 03-03-2021
Mesakne, Bahlil Keluhkan Investor PHP!
H. Bambang Eka Wijaya
MESAKNE. Itu ungkapan Jawa bagi orang yang layak dikasihani. Seperti Bahlil Lahadalia, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang mengeluhkan investor pemberi harapan palsu (PHP) sepanjang koferensi pers yang ia gelar pekan lalu. (detikcom, 24/2)
Pasalnya, para pengusaha tak kunjung merealisasikan investasinya, padahal sudah mendapatkan insentif libur bayar pajak (tax holiday).
Sebelumnya pengusaha mengeluhkan sulitnya mendapatkan insentif. Sekarang, giliran insentif diberikan malah tak kunjung berinvestasi.
"Kalau dulu kan pengusaha selalu mengatakan urus izin susah, meminta insentif susah. Tetapi sekarang mulai terbalik nih, negara sudah memberikan izin, insentif sudah dikasih, kemudian eksekusinya (dari pengusaha) yang belum jalan," kata Bah6lil dalam konferensi pers.
Pihaknya pun memanggil para pengusaha yang telah mendapatkan insentif atas permohonan izin investasinya tapi tak kunjung merealisasikan investasinya.
"Nah, sekarang ini kita lagi memanggil dan mengecek apa masalah dari perusahaan-perusahaan ini sehingga mereka belum menjalankan investasinya," ujar Bahlil.
Bahkan saking kesalnya pada para investor pemberi harapan yang tak kunjung merealisasikan investasinya itu, Bahlil mengancam bakal mencabut insentif libur bayar pajak bagi perusahaan yang tidak kunjung merealisasikan investasi.
Bahlil pantas kesal dan kecewa pada para investor yang sudah mengurus izin dan mendapat insentif tapi tak kunjung merealisasikan investasinya.
Soalnya, sepanjang tahun Bahlil menjadi Kepala BKPM (2020), Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan investasi dalam hal ini Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) terkontraksi atau mengalami pertumbuhan negatif, minus 4,95%.
Padahal, dua tahun berturut sebelumnya, 2018 dan 2019, kontribusi investasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di atas 30%, di posisi kedua setelah konsumsi rumah tangga yang selalu di atas 55%.
Pada 2018, PMTB tumbuh 6,67%, dengan kontribusi ke PDB sebesar 32,29%. Pada 2019 pertumbuhan PMTB turun menjadi 4,45%, namun kontribusi ke PDB naik jadi 32,33%.
Iklim politik yang demokratis pada priode pertama Jokowi menunjang kondisi investasi sehingga kontribusinya ke PDB selalu di atas 30%. Demokrasi lebih sesuai dengan modal (kapital) yang condong lebih suka liberal. Tapi priode kedua cenderung tidak demokratis lagi, segala ditangani negara (etatis), meski ada UU pro-investasi, masih harus diuji kontribusinya ke PDB apa mampu di atas 30%. ***
0 komentar:
Posting Komentar