Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Hikayat Negeri ‘Kethek Ogleng’!

"ALKISAH dalam pelestarian seni budaya asli rakyat topeng monyet yang sejatinya bernama kethek ogleng, disajikan hikayat anak negeri paling populer Sarimin pergi ke sawah!" Gendon berlatih suluk pembuka cerita gaya opera van televisi sambil memalu genderang gedombrengan.

"Ayo mulai!" entaknya pada monyet yang dia latih, ternyata belum bisa beraksi seperti diinginkan. "Capilnya dipakai begini, ambil pacul kau panggul begini, lalu jalan megal-megol keliling lingkaran!"

"Melatih monyet harus sabar!" sela Temon yang asyik melihat usaha Gendon menata masa depan. "Dituntut lebih sabar lagi ketika dianggap sudah jadi, karena hasilnya jauh dari memadai! Berbeda dengan lazimnya karya seni, hasil usaha maksimal mewujudkan keindahan--refleksi kesempurnaan! Gerak monyet dan bunyi genderang ogleng tak didasari nilai estetis, orientasinya cuma cari duit!"

"Memang, untuk asal bisa saja sulit sekali!" keluh Gendon. "Padahal, makanannya sudah kuberi istimewa, berlebih-lebih!"
"Huahaha...!" Temon terbahak. "Monyet kau beri remunerasi, manusia saja tak dijamin melakukan tugas sesuai diinginkan! Gayus contohnya!"

"Masak mengelola negara seperti kethek ogleng?" timpal Gendon.
"Asal gedombrengan, asal megal-megol, permainannya cuma seolah-olah--Sarimin ke sawah, Sarimin ke pasar!"

"Memang begitu! Banyak masalah ditangani cuma seolah-olah! Dikerjakan asal-asalan, tak sesuai ketentuan atau logika semestinya!" tegas Temon. "Contohnya pembagian tabung gas 3 kg! Sembilan juta tabung tak layak pakai, membahayakan jiwa pemakainya, bisa lolos terbagi! Baru diperiksa dan ditarik kembali setelah tabung gas dan perantinya meledak di mana-mana, merenggut banyak jiwa dan harta rakyat jelata!"

"Begitulah efek budaya kethek ogleng!" timpal Gendon. "Dalam kasus Gayus, ada uang suap Rp28 miliar tambah 74 miliar ditemukan polisi di kotak simpanan, tapi berkas perkaranya dilimpahkan tanpa seorang pun tersangka penyuapnya--meski Gayus mengakui menerima dari siapa saja. Malah menjabarkan secara rinci kapan dan bagaimana! (Kompas, [31-7]) Sebaliknya dalam kasus Anggodo, penyuap disidang tanpa ada bukti uang dan tersangka penerima suapnya!"

"Lebih dahsyat lagi efrk budaya kethek ogleng itu pada deklarasi bebas byarpet nasional!" tukas Temon. "Ternyata bebas byarpet nasional juga cuma seolah-olah! Usai deklarasi, byarpet lagi!"

"Demikianlah hikayat negeri kethek ogleng!" seru Gendon menutup acara. "Negeri tempat orang suka kerja asal-asalan! Janji dan harapan masa depan dipenuhi dengan keseolah-olahan belaka!"











0 komentar: