Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Puasa, Pencoleng Merampok Rakyat!


IBU kembali dari pasar tanpa bawa belanjaan, "Pusing melihat orang ramai sekali di pasar!"

"Bulan puasa orang ramai ke pasar cari yang lebih lengkap!" timpal pria di angkot.

"Harga pun naik!"

"Logikanya mayoritas orang berpuasa, konsumsi turun!" timpal ibu. "Tapi yang terjadi sebaliknya! Ragam kebutuhan dan konsumsinya justru naik!"

"Anehnya, kata ustaz, saat Ramadan semua setan dibelenggu! Orang hanya diuji kendali nafsunya!" timpal pria. "Peningkatan konsumsi saat Ramadan menunjukkan orang lebih tak kuasa mengatasi nafsu sendiri, lebih buruk dari saat setan bebas!"


"Jauh lebih aneh, perilaku masif tak terkendali yang konvensional—berulang setiap Ramadan—mendorong kenaikan harga barang itu, tak pernah bisa diatasi pemerintah, baik lewat mekanisme pasar, hukum, maupun cara lain!" tegas ibu. "Pihak yang berwenang mengendalikan harga malah lepas tangan, menyatakan kenaikan harga saat Ramadan wajar! Tak peduli negara wajib melindungi seluruh warganya, tanpa kecuali dari perampokan atas nilai riil pendapatan rakyat oleh kenaikan harga barang yang laten menjadi inflasi tinggi! Terlalu naif penguasa menyatakan perampokan terus-terusan nilai pendapatan rakyatnya yang justru membuktikan kegagalan dirinya melindungi rakyat itu, dia sebut wajar!"

"Berarti dia anggap wajar pula dirinya gagal menjalankan fungsi melindungi rakyat!" timpal pria. "Padahal dua abad lalu Adam Smith telah menghadirkan invisible hands—tangan tak terlihat—dalam mekanisme pasar, salah satunya intervensi pemerintah! Jadi, sebelum Ramadan pemerintah seharusnya lebih dulu siap dengan penawaran (persediaan) yang tinggi sebelum permintaan bergerak naik, agar naik setinggi apa pun permintaan selalu di bawah penawaran!"

"Lalu, jika stok penawaran itu dikuasai pencoleng yang menimbun barang agar harga naik dan dia dapat untung besar, ada hukum (UU) yang bisa menjerat penjahat itu dengan hukuman berat—subversi ekonomi!" tegas ibu. "Tapi semua ‘turf card' pemerintah itu tak dimainkan! Tak peduli perampokan nilai pendapatan rakyat berlanjut—dilakukan oleh pencoleng penimbun barang!"

"Lebih parah lagi, sudahlah pemerintah tak efektif menjalankan fungsinya mengendalikan harga, kebijakan pemerintah justru memicu kenaikan harga lebih signifikan!" tukas pria. "Contohnya kebijakan daging sapi yang kacau! (Kompas, [14-8]) Harga daging sapi naik sampai di atas 50 persen! Jadi, boro-boro menstabilkan harga, kebijakan pemerintah sendiri malah menyulut kenaikan harga jadi lebih spektakuler!"

0 komentar: