NENEK ngomel melihat remaja usia SMP bahkan SD ramai ngabuburit—jalan-jalan sore menunggu waktu berbuka puasa—naik sepeda motor berbonceng tiga tanpa memakai helm!
"Orang tuanya kok tidak khawatir, kalau jatuh kepala anaknya pecah!" entak nenek. "Selain itu membiarkan anaknya melakukan pelanggaran beberapa pasal undang-undang (UU) sekaligus! Dari mengendarai kendaraan bermotor tanpa SIM, bisa dipastikan karena usianya belum cukup untuk dapat SIM, sampai bonceng tiga tanpa helm!"
"Justru orang tuanya bangga anaknya masih kecil sudah bisa mengendarai sepeda motor!" timpal cucu.
"Kebanggaan begitu merupakan ekspresi sikap sok pamer!" tegas nenek. "Sikap itu mengalahkan kekhawatiran anaknya mendapat kecelakaan! Dengan dalih mengizinkan anaknya membawa sepeda motor itu merupakan haknya, kalaupun terjadi kecelakaan itu anak mereka sendiri, kok! Sikap sok demikian menunjukkan para orang tua itu lupa, UU dibuat terutama guna melindungi para pemakai jalan, orang-orang lain yang bisa jadi korban dalam kecelakaan yang diakibatkan remaja di bawah umur mengendarai sepeda motor secara melawan hukum, seperti anak mereka itu!"
"Kalau alasan bisa membahayakan orang lain sesama pemakai jalan yang nenek kemukakan, keberatan nenek bisa dipahami!" timpal cucu. "Apalagi telah terbukti,
"Soal masa depan anak itu lebih penting!" tegas nenek. "Khususnya kebiasaan buruk meremehkan hukum yang ditanamkan pada anak sejak usia belia itu! Bayangkan kalau sikap dan kebiasaan lawless—tak peduli hukum—itu terbawa ke masa dewasa, bisa membuatnya menjadi bajingan! Bahkan kalaupun ia sukses menjadi pejabat atau politisi, terminal akhirnya juga penjara—seperti banyak orang sukses yang ternyata bersikap lawless!"
"Sedang yang sejak kecil dididik dengan dasar etika-moral yang kuat—dari takut kualat, takut penjara, sampai takut neraka—saat besar salah bergaul hingga menjadi bajingan!" timpal cucu. "Konon lagi sejak dini ditoleransi bahkan disponsori untuk bersikap lawless oleh orang tuanya sendiri!"
"Remaja itu sedang dalam fase pancaroba, kondisi tidak stabil untuk mencari jatidiri!" tegas nenek. "Maka itu, kalau jatidiri lawless—mengendarai sepeda motor tanpa SIM bonceng tiga tak pakai helm—yang justru dilembagakan dalam dirinya oleh orang tuanya, jangan sesali jika kelak bablas!"
0 komentar:
Posting Komentar