DALAM training wirausaha kreatif, pelatih minta ke seorang peserta, "Beri contoh seperti apa yang bisa disebut kreatif, ulet, dan pantang menyerah!"
"Seperti anggota DPR!" jawab peserta. "Mula-mula minta 'dana aspirasi', proyek di daerah pemilihan setiap anggota DPR Rp15 miliar per tahun! Usul itu ditolak, minta 'dana desa' Rp1 miliar per desa! Usul ini kandas, kini usul proyek 'rumah aspirasi', setiap anggota DPR diberi Rp200 juta per tahun! Itu kreatif, ulet, dan pantang menyerah!"
"Contoh bagus, berdasar kenyataan!" sambut pelatih. "Kreatif, ulet, dan pantang menyerah pada anggota DPR itu pantas menjadi teladan bagi wirausaha muda dalam menciptakan peluang untuk memperoleh pendapatan tetap yang besar!"
"Tapi anggota DPR itu wakil rakyat, bukan wirausaha atau pengusaha yang tugasnya memang cari untung dari kegiatan bisnis!" protes peserta. "Uang yang mau diporoti anggota DPR itu uang rakyat, bukan transaksi bisnis seperti wirausaha!"
"Kita penataran wirausaha, kini sesi kreativitas, ulet, dan pantang menyerah!" kilah pelatih. "Jika anggota DPR itu wirausaha, kreativitasnya mencipta peluang bisnis itu jelas brilian! Sayangnya, mereka wakil rakyat dan yang diporoti uang rakyat! Jadi tidak pada tempatnya!"
"Lagi pula, untuk tujuan agregasi atau menyerap aspirasi rakyat itu, menurut anggota DPR Budiman Sujatmiko, dalam pendapatan bulanan anggota DPR sebesar Rp65 juta per bulan sekarang sudah ada dana tunjangan komunikasi intensif Rp14,14 juta per bulan, ditambah dana reses, hingga per tahun berjumlah Rp217,68 juta!" tegas peserta.
"Sehingga, kalau harus diberi biaya untuk 'rumah aspirasi' per anggota Rp200 juta lagi per tahun, penerimaan anggota DPR jadi tumpang tindih!"
"Daya kritismu tajam!" puji pelatih. "Daya kritis itu faktor utama dalam kreativitas! Dengan daya kritis yang tajam orang bisa membaca realitas secara jernih, dari situ muncul ide-ide baru yang kreatif!"
"Lewat ketajaman dan kejernihan daya kritis pula terlihat yang salah dan yang benar!" sela peserta. "Sedang dengan usaha memoroti uang rakyat yang merupakan perbuatan salah itu terlihat, daya kritis para anggota DPR sebenarnya tumpul dan keruh! Perlu diasah dan dicuci otaknya!"
"Kebutuhan untuk asah dan cuci otak itu disadari para wakil rakyat!" tegas pelatih.
"Untuk asah dan cuci otak itulah, wakil rakyat acap studi banding, DPR pusat ke luar negeri, DPRD ke luar daerah!"
"Studi banding moroti uang rakyat juga!" timpal peserta. "Kenapa setiap wakil rakyat menggeliat, ujungnya moroti uang rakyat melulu? Padahal rakyatnya sengsara, hidup serbakekurangan!"
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Selasa, 03 Agustus 2010
Rumah Aspirasi, Usul Baru Anggota DPR!
Label:
DPR
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar