"SORE pertama puasa, Upin dan Ipin diberi uang jajan untuk membeli bukaan pilihan sendiri!" ujar Umar. "Diam-diam kedua bocah itu rupanya membongkar tabungan dibawa ke pasar, tempat dagang makanan! Upin dan Ipin pun memborong beraneka olahan ayam—goreng, bakar, gulai!"
"Puasa hari pertama, apalagi anak-anak, biasa begitu!" sambut Amir.
"Tapi saat berbuka tiba, Upin dan Ipin tak mampu menghabiskan semua olahan ayam yang mereka beli!" tegas Umar. "Ketika keduanya terengah-engah kekenyangan, Kak Ros mendesak agar mereka habiskan ayam yang mereka beli! Kalau tak dihabiskan mubazir, dan mubazir itu dilarang agama! Tapi perut Upin dan Ipin tak muat lagi! Kak Ros pun mengingatkan agar lain kali tak mengulangi perbuatan itu!"
"Sederhana sekali pelajaran adab berpuasa yang disampaikan lewat kartun televisi untuk anak-anak Malaysia itu!" timpal Amir. "Materi ceritanya wajar, tak mustahil dilakukan oleh anak-anak! Sementara anak-anak Indonesia, lewat lebih banyak stasiun televisi yang menyerbu ruang keluarganya, dicekoki banyolan orang dewasa yang sarkastis! Atau, pelecehan dengan menjadikan tertawaan perilaku orang bodoh—pandir! Selepas itu reality show yang konyol, mengerjai orang lewat hipnosis, atau jebakan perselingkuhan, semua tak layak buat anak-anak!"
"Sebenarnya anak Indonesia mendapat sajian banyak kartun, asal Jepang dan Hollywood!" tukas Umar. "Cuma, semua langka sentuhan agamanya, meski sekadar dalam episode khusus seperti Upin dan Ipin! Akibatnya jadi tidak sederhana!"
"Tak sederhana bagaimana?" kejar Amir.
"Banyak di antara kita relatif terlambat mendapat sentuhan kultural lewat proses media massa tentang banyak hal, juga masalah keagamaan!" jelas Umar. "Disebut proses kultural, pemahaman ditumbuhkan lewat proses perkembangan fisik dan mental anak sejak dini! Akibat proses kultural itu tak kita peroleh, tak aneh kalau sajian adab berpuasa Upin dan Ipin itu bagi masyarakat kita malah lebih tepat jadi pelajaran buat warga dewasa—lebih khusus lagi sebagian kaum ibu—karena masa kecilnya kurang bahagia, tidak mendapat sentuhan kultural sama tepat waktu!"
"Maksudmu ajaran adab puasa Upin-Ipin itu relevan buat sebagian ibu kita yang cenderung suka menyiapkan bukaan puasa berlebihan?" timpal Amir. "Selain aneka ragam hidangan, juga volumenya—untuk keluarga empat orang sering disiapkan hidangan yang tak habis disantap 10 orang sekalipun! Seperti Upin dan Ipin saja!"
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Kamis, 12 Agustus 2010
Upin-Ipin Borong Beraneka Ayam!
Label:
Upin-Ipin
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar