"PADA 10 hari terakhir Ramadan biasanya banyak orang membagi-bagi paket sembako pada warga miskin! Namun beberapa tahun terakhir momen kemurahan hati itu sering berubah menjadi bencana. Banyak perempuan tua dan anak-anak terinjak-injak, bahkan ada yang tewas!" ujar Umar. "Maka itu, siapa pun mau bagi-bagi zakat, baik paket sembako maupun dalam bentuk lain, supaya berhati-hati agar niat baik tidak berubah menjadi petaka!"
"Apalagi akhir pekan lalu juga terjadi kejadian yang sama di Tulungagung dan Bekasi. Banyak yang terinjak-injak dan pingsan dalam pembagian sembako gratis!" timpal Amir.
"Di Tulungagung, 4.000-an warga miskin berdesakan saling dorong untuk mendapat paket sembako yang dibagi Pemda! Di Bekasi, banyak yang menerobos hingga berebut sebelum sembako dibagikan oleh yayasan yang memberi bantuan! Akibatnya, selain banyak yang terinjak-injak, banyak pula yang tak kebagian!"
"Kejadian terakhir itu menunjukkan kemiskinan masif belum berkurang, atau bisa jadi justru semakin parah!" tegas Umar. "Disesalkan tentu Pemda Tulungagung, tak memberi contoh bagaimana cara membagi paket sembako yang baik! Seharusnya Pemda tak mengumpulkan warga miskin sedaerah tingkat dua di Kantor Pemda yang pasti crawded! Lebih tepat disalurkan lewat kecamatan, lalu kecamatan minta kepala desa membuat daftar warga miskin dan mengirim paket sembako sesuai dengan daftar itu ke kepala desa!"
"Dengan begitu bisa dihindari bencara pembagian sembako, sekaligus lebih tepat sasaran!" timpal Amir. "Namun, masalahnya tak sesederhana itu! Di era kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat, kepala daerah ingin menunjukkan betapa besar perhatian dirinya kepada rakyat miskin, hingga makin besar jumlah warga miskin yang berumpul di kantor Pemda, makin berhasil pula sang kepala daerah membangun citra politik kerakyatan!"
"Politik citra yang memanipulasi kemiskinan itulah inti masalahnya, bukan hanya di daerah, bahkan juga tak kalah serius di tingkat nasional!" tukas Umar. "Karena dengan begitu kemiskinan bukan merupakan sasaran sebenarnya dari kerja pemerintah untuk pengentasannya, tapi malah dieksploitasi atau digoreng sebagai sarana peningkatan citra kerakyatan pemimpin!"
"Namun demikian, dalam rangka membantu kaum miskin, kita tak harus mempermasalahkan motivasi seseorang atau suatu lembaga dalam melakukan bagi-bagi sembako!" timpal Amir. "Terpenting, bagaimana agar paket sembako bisa dibagikan secara tertib dan aman, tidak malah membuat warga miskin menderita terinjak-injak!"
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Senin, 30 Agustus 2010
Hati-hati Kalau Bagi Sembako!
Label:
Sembako
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar