SEORANG korban banjir naik ke bubungan rumah. Saat helikopter SAR datang, ia menolak bantuan itu. Tapi setelah air melampaui bubungan dan merendam tubuhnya seleher, ia sambut helikopter yang kembali menolongnya.
"Kau tadi menolak bantuan karena yakin air akan surut?" tanya relawan.
"Bukan karena yakin air akan surut!" jawab korban. "Tapi, amat yakin akan datang pertolongan-Nya!"
"Pertolongan-Nya seperti apa?" kejar relawan.
"Mungkin suatu keajaiban!" jelas korban. "Tapi sepeninggal kalian aku sadar, aku manusia biasa tak mungkin mendapat keajaiban seperti nabi! Pertolongan-Nya pasti yang masuk akal hamba awam, seperti lewat helikopter kalian! Maka itu, aku menyesal sekali menolak bantuan kalian tadi yang pasti tak lepas dari kuasa-Nya!"
"Memang, kalau Dia tak menghendaki pasti kami tak melihatmu yang tampak seperti cumplung—kelapa sisa tupai—terapung di permukaan air!" tegas relawan. "Kami bersyukur, atas kehendak-Nya bisa melihatmu dan memberi pertolongan!"
"Tapi banjir yang menelan rumahku?" tanya korban.
"Salah sendiri membuat rumah di delta sungai!" jawab relawan. "Juga mengingatkan penguasa yang selalu mengklaim kerjanya serbasukses, termasuk dalam merehabilitasi kerusakan alam, padahal perusakan hutan di hulu tak bisa mereka hentikan sepenuhnya! Seperti kau katakan tadi, akal hamba awam bisa menalari jalaran sebab-akibat kehendak-Nya! Klaim penguasa yang hanya demi pembenaran tindakan sendiri bisa ketanggor pembuktian-Nya! Itu berlaku dalam segala hal!"
"Bagaimana kalau suatu kasus muncul ditutup dengan pembenaran penguasa, lalu muncul kasus lain ditutup lagi dengan pembenaran penguasa, begitu terus hingga masalah-masalah bertumpuk tanpa penyelesaian tuntas?" tanya korban. "Seperti apa pembuktian-Nya?"
"Pembuktian-Nya lewat sunatullah, hukum alam yang berorientasi sebab-akibat!" tegas relawan. "Bertumpuknya kasus tak terselesaikan tuntas itu pada gilirannya menjadi sebab—nyandung dan nyerimpet—
langkah bangsa ke depan! Akibatnya, bangsa ini memikul tumpukan beban berat itu hingga selalu tertinggal dalam pacuan kemajuan dengan bangsa-bangsa lain!"
"Apalagi kalau pertolongan-Nya lewat iklim baik dan panen bagus dinafikan, malah diklaim sebagai sukses penguasa!" timpal korban. "Sedang ketika pembuktian-Nya tiba, iklim labil panenan kurang baik, yang disalahkan alam! Itu mungkin watak umum penguasa, enggan introspeksi karena lebih mudah membuat pembenaran sendiri!"
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Kamis, 26 Agustus 2010
Klaim Penguasa Vs Pembuktian-Nya!
Label:
Sang Penguasa
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar