Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Bom Solo, Perlu Langkah Korektif Pluralitas Sosial!

"PRESIDEN SBY menduga serangan bom bunuh diri ke Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Solo, Minggu (25-9), dilakukan kelompok yang sama dengan bom bunuh diri di masjid markas Polres Cirebon 15 April 2011!" ujar Umar. "Ia mengutuk tindakan terorisme yang tak sesuai asas kemanusiaan, harus kita hadapi sebagai musuh bersama seluruh masyarakat bangsa! Dengan ungkapan prihatin kepada para korban, ditegaskan semua biaya pengobatan korban ditanggung pemerintah!"

"Bom Solo itu pesan dari kelompok teroris yang sepanjang tahun ini disikat habis-habisan oleh Densus 88, bahwa musuh bersama masyarakat bangsa Indonesia itu masih ada!" timpal Amir. "Pesan terpenting mereka, kepuasan polisi setiap kali memamerkan barisan foto hasil penangkapan tersangka teroris belum bisa membuat Indonesia benar-benar bersih dari teroris! Dengan bom Solo itu pula teroris unjuk diri, keberadaan mereka patah tumbuh hilang berganti!"

"Meskipun demikian, serangan bom yang provokatif ini menjadi penguji bagi kekokohan sendi-sendi pluralitas bangsa!" tegas Umar. "Kita lebih sering melihat pluralitas bangsa lewat struktur kultural dan agamais, dengan melupakan pluralitas sosial! Padahal, pluralitas sosial itu lebih realistis, juga menjadi bagian tak terpisahkan dari pluralitas kultural dan agamais! Akibatnya, kita selalu tak habis pikir ketika melihat peristiwa yang musykil terjadi dari segi pluralitas kultural atau agamais tapi terjadi juga! Karena, yang sebenarnya terjadi adalah krisis
pluralitas sosial di balik pluralitas kultural dan agamais itu sendiri!"

"Ketakmampuan melihat esensi krisis pluralitas sosial itu sehingga cenderung menghindarinya karena terselubung dalam pluralitas kultural dan agama, membuat jlegar-jlegur bom yang tak henti selama ini tak pernah menghasilkan langkah korektif yang konkret!" timpal Amir. "Sebaliknya, perilaku yang mempertajam krisis pluralitas sosial itu justru menjadi pameran nyata dan semakin terbuka dari kalangan elite bangsa, terutama elite politik! Akibatnya, krisis dan konflik yang merasuk dalam sendi-sendi pluralitas bangsa tak dikenali sehingga dari waktu ke waktu sendi-sendinya semakin rapuh dan keropos mengaktual dalam aneka peristiwa, dengan gongnya bom teroris!"

"Masalahnya terpulang pada kesadaran kalangan elite atas perilaku mereka yang menjadi sumber krisis merapuhkan sendi-sendi pluralitas sosial sebagai inner dinamic dalam pluralitas kultural dan agama!" tegas Umar. "Krisis pluralitas sosial ini perlu langkah korektif yang konkret! Pesan bom Solo pun bisa kita maknai dengan tepat!" ***





0 komentar: