Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Nama Muhaimin Dicatut Bawahan!


"TERTANGKAPNYA oleh KPK 25 Agustus lalu dua pejabat Ditjen Pembinaan Pembangunan Kawasan Transmigrasi, Kementerian Nakertrans, bersama utusan pengusaha dengan uang tunai Rp1,5 miliar, menyeret Muhaimin Iskandar selaku Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi berdasar pengakuan orang-orang yang tertangkap uang itu buat Pak Menteri!" ujar Umar. 

"Bahkan pengacara pengusaha yang stafnya tertangkap itu mengaku punya bukti kuat tentang permintaan uang itu oleh kedua pejabat buat THR Muhaimin!"

"Berbentuk apa bukti tersebut?" potong Amir.
"Berupa SMS—short message service—kedua pejabat dengan staf pengusaha itu di hari mereka tertangkap!" jelas Umar. "Berdasar bukti itu pula KPK memastikan akan memeriksa Muhaimin!"

"Kalau cuma itu buktinya, bukan mustahil nama Muhaimin dicatut kedua pejabat bawahannya itu!" tegas Amir. "Logikanya, seorang pengusaha yang menangani pembangunan kawasan dan permukiman transmigrasi di 19 kabupaten Papua dengan proyek bernilai lebih Rp500 miliar, hampir bisa dipastikan punya hubungan atau kenal baik dengan sang menteri! Artinya, kalau mau sekadar memberi THR, buat apa harus repot-repot lewat bawahan hingga diketahui orang lain, karena bisa langsung by hand dan cuma Tuhan yang tahu!"

"Tapi logika itu dibantah Muhaimin sendiri dengan menegaskan dia tak mengenal pengusaha yang menangani proyek transmigrasi itu!" tukas Umar. "Dengan itu pengakuan para pejabat dan staf pengusaha yang tertangkap malah masuk akal!"

"Cuma, konsekuensi pengakuan itu pada realitas bernegara bangsa kita amat negatif!" tegas Amir. "Pertama, Muhaimin itu bukan cuma menteri, tapi juga Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), partai yang berbasis massa para kiai dan lingkungan pengaruh pesantrennya! Kedua, untuk bisa sampai ke posisi itu, Muhaimin 'berdarah-biru NU' yang famili dekat Gus Dur, hingga saat Gus Dur mendirikan PKB (1999) Muhaimin ditempatkan sebagai Sekretaris Jenderalnya! Dari kedua hal itu tampak figur Muhaimin merupakan representasi dari suatu gugusan holistik dalam taman sari masyarakat bangsa! 

Jadi, kalau Muhaimin sampai terseret kasus korupsi, gugusan holistik yang direpresentasikan dirinya menjadi kurang bersih, hingga taman sari bangsa yang mengandalkan gugus holistik sebagai puncaknya karena bersih, telah jadi tercemar! Akibatnya, taman sari bangsa pun kehilangan mahkota simbol kebersihannya!"

"Kebersihan Muhaimin dari kasus ini menentukan realitas bangsa, apakah sudah dalam kubangan korupsi!" timpal Umar. "Itu masalahnya!" ***

0 komentar: