"IMBAS krisis ekonomi Eropa (dan Amerika) pekan ini mulai mencekam kepanikan pelaku pasar di Indonesia sehingga rupiah yang sejak awal tahun nyaman di kisaran 8.500 per dolar AS, hari Selasa kemarin melorot ke level 9.050 per dolar AS!" ujar Umar.
"Juga IHSG, awal bulan di posisi 4.100-an, Selasa ditutup 3.700-an, turun 10%!"
"Kepanikan pelaku pasar itu sebenarnya lucu karena yang ditakutkan bukan pukulan langsung krisis Eropa pada ekonomi Indonesia, melainkan cuma imbasnya yang kalau diibaratkan biliar, imbas itu ban bola biliar yang mental kian-kemari!" timpal Amir.
"Masalahnya, karena Indonesia tak punya 'begawan ekonomi' yang ucapannya bisa jadi pegangan pelaku pasar sehingga tidak perlu panik akibat dorongan analisis yang spekulatif!"
"Tapi krisis Yunani yang kian memburuk dengan efek dominonya ke Portugal, Irlandia, Spanyol, dan Italia, bukan isapan jempol!" tegas Umar. "Setelah menerima bantuan IMF 3 miliar euro Juli (Forexindo, 11-7-2011), Yunani gagal mereformasi belanja anggarannya hingga pertemuan menteri keuangan Eropa di Polandia akhir pekan lalu, meskipun disebut pembahasan penyelamatan 'produktif dan substantif' (AntaraNews, 20-9) rencana bantuannya justru diblokir! Ini yang membuat panik, sedang reformasi bujetnya malah memangkas dana pendidikan, hingga gedung Bank Sentral Yunani dicat merah oleh pemrotes!"
"Memang begitu, tapi buat apa heboh di Yunani dipanikkan di Jakarta? Ge-er amat orang Jakarta, seolah Kepulauan Indonesia di Mediterania, Laut Tengah, bertetangga dengan Yunani!" entak Amir. "Ekonomi Indonesia di kolam Pasifik, lebih dekat China, Jepang, Korea!"
"Juga Amerika!" timpal Umar. "Selain krisis Eropa, krisis Amerika berlanjut, dolar AS melemah atas yen (dari 76,77 jadi 76,59), euro (1,3797 jadi 1,3679), dan poundsterling (1,5876 jadi 1,5693)."
"Itu yang konyol!" entak Amir. "Dolar AS melemah pada mata-mata uang lain, rupiah malah melorot drastis sampai 500 poin/dolar! Tak masuk akal!" "Karena pelaku pasar kita lebih pintar membaca latar belakang ekonomi AS di balik krisis yang belum reda itu!" timpal Umar.
"Yakni, semua pihak di AS—Demokrat dan Republik di Kongres—menyetujui usul Obama menggelontor 700 miliar dolar untuk membuka lapangan kerja!" "Kenapa itu dipanikkan?" tanya Amir. "Untuk mengumpul 700 miliar dolar itu AS pasti menyedotnya dari luar negeri, mata uang negeri pinggiran seperti rupiah bisa kalah telak daya tariknya!" jawab Umar. "Belum disedot saja kurs rupiah sudah tergelincir tercekam ketakutan!" ***
0 komentar:
Posting Komentar